Saat Kedatanganmu
(S. Wient)
Burung-burung berkicauan di rerantingan
pohon, menari menyambut hangatnya sang mentari, pepohonan yang tertiup angin menyuguhkan
tarian gembira menyapa matahari yang tersenyum memancarkan sinarnya. Awan yang cerah melukiskan suasana hari yang
indah.
Ratri
Masih terbuai dalam mimpi indah. Sampai tak
menyadari kalau ternyata jam sudah menunujukkan pukul 08.00 WIB. Mata Ratri tidak
lagi ingin tidur. Saat ia memejamkan
mata terlihat bayangan sosok lelaki yang mengisi dan menyelimuti mimpinya malam
ini. Tiba-tiba suara HP terdengar, tanda
ada BBM masuk. Ratri meraih HP yang tak
jauh darinya, ia membaca BBM. “Aduh.. apa yang harus kulakukan?” batin Ratri.
Terlihat raut wajahnya berubah. Bagaimana tidak sepagi ini Ratri
menerima BBM dari Angga yang mengabarkan bahwa Angga saat ini sudah kembali di rumah
orang tuanya yang tak jauh dari rumah Ratri.
Andai saja keadaan masih seperti dulu, saat mereka masih menjadi
sepasang kekasih mungkin begitu menerima kabar seperti itu Ratri akan berteriak
kegirangan. Tapi sekarang sudah berbeda,
mereka sudah berpisah menemukan jalan hidup masing-masing, walau sebenarnya
dihati mereka masih bersemayam rasa sayang.
Ratri bingung harus menjawab apa, terlebih Angga mengajak untuk bertemu.
Akhirnya Ratri menjawab dan menolak ajakan Angga untuk bertemu. Tapi rupanya Anggapun berdalih kangen pada
Mami, begitu Angga menyebut dan memangil ibunya Ratri. Angga tetap bermaksud untuk datang ke rumah
Ratri
Ratri
bergegas mandi. Tanpa ada rencana sebelumnya Ratri pamit pada Ibunya untuk bisa
keluar rumah maksud Ratri hanya untuk menghindari bertemu Angga kalau sampai
Angga benar-benar datang ke rumah.
Ratripun tidak menceritakan pada ibunya kalau Angga akan datang ke
rumah. Ratri akhirnya pergi, menuruti
kata hatinya, Ratri tidak tahu harus kemana, yang jelas dalam pikiran Ratri
pagi ini berusaha untuk tidak di rumah.
Ratri menjalankan kendaraannya menyusuri jalan-jalan kota tak punya
tujuan. Sepanjang perjalanan Ratri hanya
diam membiarkan angin bernyanyi menghiburnya selama di perjalanan. Ratri
sengaja menjauh darinya. Entah kenapa, Ratri tak lagi ingin untuk bertemu Angga.
Ratri juga membiarkan kesunyian selama perjalanan yang tanpa tujuan. Dalam
keadaan seperti ini Ratri membayangkan ada sosok yang ia cintai berada di
sampingnya untuk menemani. Arya. Ya
dalam pikiran Ratri berharap Arya ada disisinya. Ratri menyesali kebodohannya sendiri, kenapa
tadi tidak meminta Arya untuk menemani?. Ratri menepis perasaanya karena ia
menyadari bukanya ia pergipun juga tiada rencana?. Akhirnya sambil menunggu
waktu Ratri menghentikan kendaraannya di tempat cucian kendaraan. Sekalian
mandiin kendaraan yang sudah agak lama memang tidak pernah dicuci sampai banyak
debu dan lumpur yang menempel di bodi kendaraan. Ratri menunggu. Tiba-tiba HP nya berbunyi, Ratri melihat ada
panggilan masuk dari Angga, sedikit ragu Ratri akhirnya menjawab panggilan itu.
“Posisi dimana Rat?” Tanya Angga dalam
phonenya
“Maaf mas, saya lagi keluar” jawab Ratri
“Ya sudah saya ke rumah, mau ketemu mami,
kangen sama mami” kata Angga. Setelah sejenak
mereka ngobrol beberapasaat, Angga
mematikan Hanphone nya. Selesai
kendaraannya di cuci Ratri tidak langsung pulang, Baru setelah agak siang Ratri
kembali ke rumah.
“Tadi Angga kesini” kata Ibunya, “Apa tidak
menghubungimu kalau mau ke sini?”
“Nggak bu, Cuma tadi saya pas lewat
rumahnya melihat ada mobilnya” jawab Ratri menutupi kebohongannya.
Ratri beranjak dari ruang keluarga menuju kamar.
Angin yang menembus lewat sela-sela jendela membuat Ratri merebahkan dirinya di tempat tidur. Ratri
berusaha memejamkan matanya. Tapi tetap saja tidak bisa terpejam. Lagi-lagi BBM Ratri berbunyi. Dari Angga. Wajah
Ratri yang selalu ceria berubah menjadi wajah yang kusut. Rasa deg-degan di
hati Ratri terasa lebih kencang dari biasanya. Mata yang tidak berhenti membaca
tulisan BBM dari Angga. Angga
mengajaknya kembali untuk bisa makan malam bersama. Ratri berusaha pada pendirianya untuk menolak
ajakan Angga.
Sore itu sehabis mandi, Ratri menerima telpon dari Desy, sahabatnya
sejak ia masih kecil dulu. Ratri menyapa menyalami Desy. Dalam pembicaraan itu Desy bilang kalau Angga
habis dari rumahnya setelah datang di rumah Ratri. Ada kerinduan dengan masa
dulu. Namun mau bagaimana lagi itu tidak akan terulang lagi. Tanpa disadari
dalam hati Ratri muncul rasa untuk bisa melihat lelaki yang yang datang kerumah
tadi. Desy menceritakan pertemuanya dengan Angga. Angga merasa kalau Ratri telah berubah dan
seakan sengaja menghindar untuk bertemu dengannya. Ratri tak bisa menjawab,
Ratri hanya diam mendengar obrolan Desy.
“Kamu benar-benar berubah dan tidak ingin bertemu dengan Angga.”
Ucap Desy.
“Kalau bisa Jujr bahwa sosok bayangan yang selalu ada dalam pikiran Angga adalah kamu Ratri. Sebenarnya Angga sangat merindukanmu. Merindukan canda tawa yang dulu selalu kau berikan untuknya. Merindukan perhatian yang selalu diberikan kepadamu”. Ratri hanya diam mendengar omongan Desy, Ratri teringat bagaimana rasa sakit itu pernah ia rasakan. Dan juga saat ini semuanya telah berubah, Angga telah menemukan jalan hidupnya sendiri bersama keluarga yang lebih ia cintai, dan Ratri juga telah menemukan kebahagiaannya sendiri. Ratri berusaha untuk menekan perasaannya dan menjaga perasaan pada orang yang ia cintai saat ini. “Aku tidak boleh egois. Aku tidak hanya memikirkan perasaanku saja tanpa memikirkan perasaannya”. Kata Ratri dalam hati. “Kehidupanku saat ini benar-benar sangat istimewa bagiku, Banyak hal yang ingin kusimpan dalam memory, banyak cerita yang ingin aku lukis. yang tidak bisa kujelaskan lagi” Ratri tersenyum. Memang apa yang dinamakan perasaan itu tak dapat dipaksakan apalagi dibohongi. Ratri membiarkan semua ini mengalir apa adanya menjalani kehidupan, mencintai dengan ketulusan itu adalah keindahan yang terbalut dalam hatinya. Dan Ratri tak ingin melukai hati dan perasaan Arya, laki-laki yang saat ini tersimpan dalam hatinya.
“Kalau bisa Jujr bahwa sosok bayangan yang selalu ada dalam pikiran Angga adalah kamu Ratri. Sebenarnya Angga sangat merindukanmu. Merindukan canda tawa yang dulu selalu kau berikan untuknya. Merindukan perhatian yang selalu diberikan kepadamu”. Ratri hanya diam mendengar omongan Desy, Ratri teringat bagaimana rasa sakit itu pernah ia rasakan. Dan juga saat ini semuanya telah berubah, Angga telah menemukan jalan hidupnya sendiri bersama keluarga yang lebih ia cintai, dan Ratri juga telah menemukan kebahagiaannya sendiri. Ratri berusaha untuk menekan perasaannya dan menjaga perasaan pada orang yang ia cintai saat ini. “Aku tidak boleh egois. Aku tidak hanya memikirkan perasaanku saja tanpa memikirkan perasaannya”. Kata Ratri dalam hati. “Kehidupanku saat ini benar-benar sangat istimewa bagiku, Banyak hal yang ingin kusimpan dalam memory, banyak cerita yang ingin aku lukis. yang tidak bisa kujelaskan lagi” Ratri tersenyum. Memang apa yang dinamakan perasaan itu tak dapat dipaksakan apalagi dibohongi. Ratri membiarkan semua ini mengalir apa adanya menjalani kehidupan, mencintai dengan ketulusan itu adalah keindahan yang terbalut dalam hatinya. Dan Ratri tak ingin melukai hati dan perasaan Arya, laki-laki yang saat ini tersimpan dalam hatinya.
(Trim’s Din dalam Sebuah Cerita: 03062016)
No comments:
Post a Comment