Cerpen Sang Mantan Ketua OSIS

Sang Mantan Ketua OSIS 

Ini adalah cerita fiktif aja, iseng-iseng ngerangkai kata nyambung menjadi sebuah cerita pendek (cerpen). Mugkin bahasanya masih belepotan gak karuan. Makanya jangan di ketawain ya….? dibaca boleh sambil senyum-senyum… selamat membaca…!!!! 
***** 

Mentari pagi yang cerah mengiringi langkah Desy. Jam 7.00 WIB tepat Desy harus sudah berada di lapangan bersama para siswa baru untuk mengikuti kegiatan orientasi. Langkah Desy tiba-tiba terhenti sejenak saat berpapasan dengan Ketua Osis. Mereka saling terdiam, membisu, seakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya sampai tak mampu untuk mengeluarkan sepatah katapun. Sebenarnya Desy sudah lama mengenal Sang Ketua Osis, bisa dibilang sangat dekat atau bisa juga dikatakan mereka telah pacaran. Aku sendiri tidak pernah tahu siapa Sang Ketua Osis itu, siapa dia, darimana dia, bagaimana dia, dan apapun tentang dia, karena memang aku tak pernah mengenalnya. Aku hanya sering mendengar Desy menyebut dengan kata “Pak Dhe”. Ya, sebutan itu sering kali aku dengar, sampai-sampai aku merasa mengenal Pak Dhe lebih dekat. Ups.. tapi tetap saja aku tidak kenal dia. Gila mungkin kalau aku tak mengenalnya. Aaaah… apa pentingnya bagiku?. Pak Dhe hanyalah sebutan, entah siapa nama aslinya akupun tak pernah tahu. Dalam bayanganku Pak Dhe adalah sosok laki-laki yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu besar. Tampan?. Aaah.. itu relatif menurut pandangan orang. Mungkin Pak Dhe tidak akan banyak dikenal kalau saja bukan sebagai Ketua Osis di sekolah favorit di kotanya itu. Ya, dia Sang Ketua Osis. Pak Dhe cukup supel, ramah, dan dalam bidang akademikpun Pak Dhe tak pernah kalah dengan teman-temannya. Wajahnya yang bisa dibilang tampan mempunyai daya tarik tersendiri bagi teman-temannya. Ssst… terutama teman cewek tentunya. Tapi selama itu hanya satu teman ceweknya yang begitu dekat dengan Pak Dhe. Mereka selalu bersama kemanapun Pak Dhe berada selalu ditemani Desy. Oh iya… ada lagi teman setianya, “si Vespa”. Woow,, kalau jaman sekarang membayangkan betapa asyiknya pacaran ditemani vespa. Seperti cerita film jaman dulu, film dengan lagu “Galih dan Ratna” yang dibintangi Rano Karno. “Des… tolong nanti absensi di ruang OSIS difoto copy ya!!!” Kata Pak Dhe Sang Ketua Osis. Tanpa berbicara Desy melangkahkan kaki mengambil absensi di ruang OSIS untuk segera di foto copy. 

Desy terduduk lesu, terlalu lelah untuk mondar-mandir. Namun, Desy tak ingin mengeluh kepada teman-teman yang lain, Desy menyadari karena semua itu sudah menjadi tugasnya sebagai panitia. Apalagi sebagai bendahara OSIS. “ Ya Allah, capek banget baru hari pertama jadi panitia kayak begini, genap seminggu lagi bisa pingsan aku” Desy menghela nafas berkali-kali. 
Disudut pojok ruang aula, sang Ketua Osis melihat Desy duduk sendiri di depan koridor kelas, Pak Dhe berjalan menghampiri Desy yang sedang menyendiri. 
“Desy… kenapa sendirian disini? kamu kan jadi pendamping kelas jurusan biologi kan?” Desy menoleh sedikit terkejut, sambil melempar senyum tipis ke arah Pak Dhe tanpa bicara satu patah katapun. “Dessyy…? Kok malah senyam-senyum… kamu ngapain disini mbak Desy” kata Pak Dhe smabil mencubit pipi Desy saking gemasnya. 
“Aauuu… Sakit tau.. ih dasar Pak Dhe jahat, jail amat siih, Pak Dhe yang ganteng banget sesekolah SMA Negeri satu..... hahaha, aku capek jadi aku istirahat bentar disini.” jawab Desy ketus. Pak Dhe mengerutkan keningnya kemudian tersenyum simpul. “Dasar Desy…! Ya udah aku keliling dulu” Pak Dhe berlalu meninggalkan Desy sendiri.
“iih… dasar Ketua Osis sok kegantengan, Huuh!!! Nyebelin tau week...!!” Desi ngedumel gak jelas. Tanpa sadar Desy mengamati kepergian Pak Dhe yang semakin jauh dan menghilang dari pandangannya. ‘ 
“Pak Dhe kalau dilihat itu baik, ramah, supel, pembawaanya kalem walaupun terkadang nyebelin kayak itu tadi bikin aku kesel yaah… tapi memang Pak Dhe ganteng juga kok” Batin Desy dalam hati. “Karena itu aku dibuatnya jatuh cinta” Desy tersadar dalam lamunanya “Ya Allah.. sadarkan aku!! Pokoknya yang tak pikirkan itu cuman pengen belajar yang bener, aku masih punya cita-cita, ” Desy memaki dirinya sendiri. Ya, memang Desy punya cita-cita ingin menjadi penari, makanya sejak di SMP, Desy suka menari berperan sebagai Gatot Kaca. Wooow… kereeen. Desy terlahir di dalam keluarga yang sederhana, orang tuanya disegani hampir semua orang. Bagi Desy materi itu gak penting karena yang terpenting baginya adalah mempunyai keluarga yang sangat super perhatian dan menyayanginya. Ayahnya seorang seorang pegawai pemerintah, sedangkan ibunya juga bekerja sebagai pegawai pemerintah. Meskipun kehidupannya begitu, tetapi Desy gak pernah sombong kok, nyatanya Desy bisa punya banyak teman yang sayang sama dia. Tapi… sikap cueknya minta ampun, kadang membuat orang yang belum mengenalnya akan berkata “huh.. sombongnya!”. Mungkin karena orang tuanya begitu sangat menyayangi Desy kadang kala muncul sifat-sifat manjanya. 

Dari kecil Desy memang sedikit tomboy. Paling sebel kalau di suruh ibunya pakai rok. Desy lebih suka pakai celana seperti laki-laki, yang bilang risihlah, ribetlah.. segudang alasan selalu ada manakala Desy disuruh memakai rok. Yuni sahabat Rika yang juga sahabat Pak Dhe melihat tingkah Desy yang aneh, Rika menghampiri Desy. 
“Woyy… buuun, kenapa kamu? Kayak orang gila aja” ledek Rika yang lebih terbiasa memanggil Desy dengan sebutan bunda. Desy tersentak kaget dan menoleh ke arah Rika. 
“Up.. ehh.. hehehe apaan siih mah, ngagetin aja” kata Desy meringis. Desy lebih suka memanggil Rika dengan sebutan mah. Rika menggeleng-gelengkan kepala. “Desy, Desy kamu itu lucu pake bingiiit ya, tapi aneh!!” 
“Muji atau ngledek?” Desy mencibirkan. Rika tersenyum lebar. “jelek tau kalo manyun, yuk ke ruang materi dampingi adek-adek peserta” 

Pukul 14.00 masa orientasi telah usai. Para panitia segera menuju ruang Osis untuk melakukan evaluasi bersama teman-teman panitia yang lain. Seperti biasa Pak Dhe sang Ketua Osis mengawali pembukaan untuk evaluasi. Hal yang paling membuat Desy malas harus mendengar ocehan Pak Dhe yang tak ada habisnya, semua di kupas habis. Desy bersandar di tembok dan sesekali memejamkan mata. 
“Desy, jangan tidur Pak Dhe dari tadi ngelihat ke arah kamu terus tau!!!” kata Rika berbisik berusaha membangunkan Desy. Desy terbangun dan membenarkan posisi duduknya, Desy mendengar apa yang sedang dibicarakan walaupun sebenarnya tidak tahu apa yang dibicarakan. 
Desy berjalan dengan malas, “ya ampuun, kenapa sih aku ini, bertingkah kayak orang bloon seharian ini.. My I My heart Astagfirullah” maki Desy pada dirinya sendiri. Tiba-tiba Pak Dhe menghentikan Vespanya di sebelah Indah. “Dess, ayoo aku antar pulang.” Kata Pak Dhe pendek. Desy menoleh dan masih dalam keadaan loading… Pak Dhe menghela nafas, “Desy… ayo buruan bonceng vespaku,  gak usah mikir kelamaan deh” 
“Ehh.. iya ya aku naik” jawab Desy gugup.

Hari terus berjalan. Hubungan Desy dan Pak Dhe semakin dekat. Kedua orang tuanyapun juga sudah saling mengenal, mereka akrab. Orang tua Desy juga kelihatan suka dengan sosok Pak Dhe. Hubungan Pak Dhe dengan orang tua Desy pun juga baik-baik saja, bahkan seperti anak sendiri. Sebenarnya tidak hanya dengan Pak Dhe, hampir semua teman-teman Desy begitu dekat dengan keluarga indah. Terlebih Kanthi. Terlintas dalam pikiran Desy terbayang sosok Ketua Osisnya yaitu Pak Dhe. Di pikiran Desy yang ada hanya bayangan wajah Pak Dhe. “Aku suka sama Pak Dhe? Ya ampun, knapa perasaan takut untuk kehilangan Pak Dhe begitu kuat dalam hatiku?’ Tanya Desy dalam hati. Dan akhirnya Desy terlelap dalam tidurnya, terbuai mimpi-mimpi indah tentang hari-hari yang ia lalui. Hari-hari yang penuh suka cita, canda tawa ceria yang terus mengisi hidupnya bersama Pak Dhe. 

Sebagai manusia, kadang kita tak pernah mau mengerti batas antara cinta dan menyakiti, dimana keduanya selalu saja berjalan bersama tanpa kita sadari, hal ini disebabkan karena kita mudah terhanyut dalam lamunan-lamunan yang tak pernah berakhir. Kalau kita mau untuk saling mengkoreksi diri sendiri tentunya kita akan sadar dan bertanya “Apa yang sebenarnya telah kita berikan pada orang yang kita cintai?”, hal ini bukan berarti kita akan mengingat-ingat pemberian sesuatu yang sangat berharga dan dapat dinilai, bukan. Tetapi pertanyaan itu akan membawa pada kesadaran sampai dimana kita mencintai seseorang. Kerikil-kerikil selalu menghadang dalam menjalani kehidupan cinta, semua itu berjalan dengan sendirinya tanpa kita tahu kapan dan dimana datangnya. Seorang yang dilanda cinta akan menunjukkan egonya. Ego selalu muncul untuk dapat menarik perhatian sehingga apa saja akan dia lakukan sebagai bukti pengorbanan yang dilandasi oleh cinta. Apakah pernah terlintas dalam benak kita, bahwa pengorbanan itu akan menjadi sia-sia jika akhirnya kita harus berpisah dengan orang yang kita cintai? Kalau kita jawab “ya” sungguh suatu jawaban yang sangat konyol karena jawaban seperti itu akan menunjukkan pada kelemahan bahwa sebenarnyalah kita tak pernah untuk mencintainya, atau bisa kita katakana kalau semua itu hanyalah hiasan dalam kehidupan yang kita ukir sendiri. Dan apabila kita selalu mengingat akan pengorbanan yang pernah kita lakukan untuknya tentu akan menjadi suatu duri yang sangat menyakitkan. Sungguh menyakitkan! Kita hanya dapat berusaha tetapi ada kekuatan besar yang dapat menentukan jalan kehidupan kita dan itu sangatlah pasti, Tuhan! Disinilah seharusnya kita sadar bahwa di dunia ini selalu ada dua jenis, ada siang dan ada malam, ada panjang dan ada pendek, ada terang dan ada gelap, dan masih banyak lagi yang tentunya ada pertemuan juga ada perpisahan. Demikian kita dapat tahu kalau cinta tak selamanya harus bersatu. Kalau kita menyadari akan hal ini tentunya kita akan tulus iklas terhadap pengorbanan yang pernah kita lakukan, perpisahanpun akan berjalan tanpa ada perasaan sakit hati, benci apalagi dendam. 
Itulah jalan kehidupan. Cinta yang telah dibina Desy dan Pak Dhe ternyata tidak seperti apa yang ada dalam angan dan harapan mereka. Bukan masalah prinsip, bukan pula masalah ego. Tapi inilah kenyataan. Waktu yang telah berjalan sekian tahun mengisi hari-hari bersama harus pupus karena masalah yang sebenarnya tidaklah begitu besar bagi mereka berdua. Menyakitkan, manakala orang tua meminta Desy untuk menjahui Pak Dhe. Dengan bijak orang tua Desy member pengertian yang akhirnya Desy bisa menerima kenyataan. Desy sadar bagaimana sakitnya hati orang tua manakala si anak dianggap sebagai penyebab kegagalan. Ya, memang orang tua Pak Dhe menganggap gara-gara Desy menyebabkan prestasi akademik Pak Dhe menurun drastis. Desy sebagai penyebabnya. 
Hapuskan rasa ini… 
Aku menyerah, Aku lelah, 
Dan aku ingin mengakhirinya.. 
Mengharapkan seseorang yang tidak aku tahu salah atau benar, Membuatku sakit tak berdaya. Andai dia tahu rasa ini telah terlukis.. Terlukis di hati ini, Desy menitikkan air mata dan menenggelamkan wajahnya di bantal. Menangis karena kecewa. Desy bertahan menguatkan diri mengalami masa galaunya yang begitu hebatnya. Berusaha kuat meski hati sedang rapuh.

 #dermaga244#

No comments:

Post a Comment