Tuesday, November 13, 2018

Kitab Naga Bagian 2 Episode 8

KITAB NAGA
(Karya: Mas Wient)
Bagian 2 Episode 8


Di kegelapan malam, tampak bayangan hitam berlompatan dari atap rumah ke rumah yang lain, gerakannya sangat ringan dan lincah menunjukkan bahwa bayangan itu mempunyai ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi.  Bayangan itu terus melompat-lompat menuju rumah Juragan Karta. Dengan hati-hati bayangan itu menyelinap dari atap rumah, kelihatanya bayangan itu sudah menguasai dan faham betul dengan ruangan-ruangan dalam rumah itu, sehingga dengan mudah bayangan it uterus menyelinap tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.  Dari dalam rumah terdengar suara tawa yang sangat keras.

“Celaka!”  guman bayangan hitam itu yang dapat melihat dengan jelas asal suara tawa tadi.  Memang di dalam ruangan itu ada beberapa orang antara lain Iblis dari Utara, Iblis Penyebar Maut, Sepasang Iblis dan seorang perempuan yang tak lain adalah Dewi Kematian yang tadi mengaku sebagai istri dari Juragan Karta pada Caraka. Rupanya setelah pertarungannya dengan Ki Suryo dengan mengalami luka dalam yang cukup hebat Dewi Kematian berlari meninggalkan arena pertempuran dan bersembunyi di kediaman Juragan Karta, di sinlah Dewi Kematian mendapat pengobatan dari golongannya datuk-datuk dunia sesat.   Mereka semua adalah tokoh-tokoh golongan hitam.  Seperti telah diceritakan di depan bahwa datuk-datuk sesat itu akan mencoba menguasai Kota Kanoman dan sekaligus untuk mencari sebuah Kitab yang berisi ilmu langka  di mana kitab itu telah hilang ratusan tahun silam dan kini mulai ramai dibicarakan oleh tokoh-tokoh persilatan.

“Mari kawan kita bersulang untuk kemenangan pertama ini” kata Iblis dari Utara diikuti gelak tawa teman-temannya.

“Kita tinggal menunggu waktu untuk menghancurkan Sabu yang sok suci itu” sahut Iblis Penyebar Maut, “Dia sebagai penghalang kita” lanjutnya.

“Kita harus menghancurkan keluarga Sabu satu demi satu” Kata Iblis dari Utara

“Hee..hee..hee.. rupanya kau tidak bernyali menghadapi keluarga Sabu” ejek Sepasang Iblis pada Iblis dari Utara, tawanya terkekeh-kekeh.
“Badebah, kau meremehkan aku si kembar jelek!”  balas Iblis dari Utara, hanya panas mendengar ejekan temannya, “Seluruh keluarga Sabu maju serentakpun aku tak akan mundur”
“Aiiih, sesama temanpun kalian membuat panas.. “cegah Dewi Kematian dengan suara manja, “Kita harus mencari jalan kemenangan”
“Besok pagi adalah kematian Sabu, kalian tahu rencanaku….?” Kata Iblis Penyebar Maut
“Apaaa?!”  Tanya kawan-kawanya serentak.
“Besok pagi Caraka akan menghantar barang ke Kota Raja, barang itu adalah peti-peti yang berisi mayat para pembesar yang telah kita binasakan” jelas Iblis Penyebar Maut.
“Bagaimana Sabu bisa mampus kalau hanya Caraka menghantarkan mayat itu?” Tanya Sepasang Iblis.
“Kau dungu, di dalam peti-peti yang berisi mayat itu kita letakkan peledak, sehingga kita tinggal menunggu waktu, karena saat dibuka, peti itu akan meledak dan Sabu akan ikut hancur” jelas Iblis Penyebar Maut dengan yakin.
“Kau meremehkan Sabu sobat…” kata Dewi Kematian
“Kalian ragu, bagaimana kalau Sabu bisa lolos?” Tanya Iblis Penyebar Maut, semuanya mengangguk.
“Kalau Sabu bisa lolos, tentu semua orang kan mengira bahwa Sabulah yang bertanggungjawab atas kematian para pembesar itu” jelas Iblis Penyebar Maut dengan penuh keyakinan.
“Heee..hee.. pantas dengan julukanmu Iblis Penyebar Maut yang hanya menyebarkan fitnah” Iblis dari Utara menganguk-angguk. 
“Hiii…hiii…hiii…. dasar  otak Iblis”  maki Dewi Kematian dengan suara yang menggemaskan.
“Hahaha…Sang Dewi yang sedang galau, harusnya malam ini kamu bisa bersenang-senang dengan Caraka”  sindir Iblis Penyebar Maut.  Mendapat sindiran seperti itu Dewi Kematian menjadi gusar, “Dasar si tua Bangka Karta, coba kalau tadi Caraka minum ramuanku akan bertekuk lutut” ujar Dewi Kematian gusar, “Aku sudah terlanjur  membayangkan bagaimana bercinta dengan pemuda gagah itu” ungkapnya tanpa rasa risih sedikitpun.  Ternyata apa yang dialami Caraka siang tadi adalah akal-akalan dari Dewi Kematian dengan menyuguhkan minuman yang telah dicampuri Racun Penarik Sukma.  Racun ini sangatlah kuat untuk membangkitkan gairah dan nafsu serta membuat si peminum menjadi terpikat saat itu juga saat melihat Dewi Kematian.  Dan mungkin kalau saja Caraka sempat meneguk minuman itu maka yang akan terjadi adalah jiwa Caraka akan melayang dalam ikatan gairah dan nafsu,  tentunya Dewi Kematian akan dengan mudah mempermainkan Caraka sekehendak hatinya untuk memuaskan hasratnya.
Para datuk-datuk sesat melanjutkan pembicaraan dengan panjang lebar yang kadang diiringi dengan tawa tanpa menyadari kalau di balik itu sepasang mata dan telinga telah terpasang mendengarkan percakapan mereka.  Bayangan hitam yang dari tadi terus mendengarkan pembicaraan Nampak menarik nafas panjang, dia sangat terkejut terhadap rencana keji yang akan dijalankan oleh kelompok golongan sesat itu.  Dengan berhati-hati bayangan hitam itu melompat meninggalkan rumah Juragan Karta.  Langkahnya sangat ringan bagaikan seekor burung yang terbang dia mudah menghilang di kegelapan malam.  Kalau bukan orang berkepandaian tinggi tentu tidak dapat melakukan ini, apalagi yang diintai adalah para datuk yang mempunyai ilmu kepandaian cukup tinggi.  Para datuk itu saja tidak bisa menangkap suara gerak langkahnya.

            Saat ayam berkokok, Caraka telah melangkahkan kakinya menuju rumah Juragan Karta.  Itulah watak dan sifat dari seorang pendekar yang selalu menepati janjinya, karena itulah oleh para langgan yang menggunakan jasa Caraka merasa senang dan puas atas pelayanan yang diberikan Caraka sehingga usaha ekspedisi Caraka semakin lama semakin berkembang pesat.  Kali ini Caraka bersama empat orang anak buahnya dengan mengendarai kereta kuda.
“Hee..hee..hee..kau sangat tepat Caraka” kata Juragan Karta yang menyambut kedatangan Caraka dengan empat orang anak buahnya.
“Terima kasih Juragan, apakah Juragan Karta baik-baik saja?” balas Caraka sambil melontarkan pertanyaan.  Juragan Karta Nampak tersipu dan menyembunyikan perasaanya, ia hanya tersenyum kecut.
“Barangnya sudah siap, tinggal mengangkut saja” kata Juragan Karta sambil memperlihatkan lima buah peti yang telah dikemas dan siap untuk diangkut. “Silahkan..”  Caraka memberi komando pada anak buahnya untuk segera mengangkat dan memindahkan peti-peti itu ke atas kereta kudanya. Tak lama kemudian semuanya telah berada di atas kereta kuda dan siap untuk berangkat.
“Caraka, aku yakin kamu akan berhasil menjaga dirimu” kata Juragan Karta mengandung sebuah peringatan, “Berhati-hatilah dan jaga dirimu baik-baik”.
“Terimakasih Juragan, saya terus berangkat dan juga Juragan harus berhati-hati dalam menjaga diri” jawab Caraka membalas kecemasan Juragan Karta.  Kereta kuda yang mengangkut lima peti dengan lima orang penunggang mulai perlahan bergerak berjalan meninggalkan kediaman Juragan Karta.


👺👺 Masih bersambung ke episode 9 👺👺

No comments:

Post a Comment