(Karya: Mas Wient)
Bagian 1 Episode 2
Ditengah
terik matahari yang panas, Nampak seseorang berlompatan dari batu satu ke batu
lain yang ada di sepanjang aliran sungai yang kiri kananya terdapat tebing yang
sangat terjal. Gerakannya sangat lincah
dan ringan menunjukkan bahwa bahwa ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi. Setelah sampai di tanah lapang, Ia berdiri dengan pandangan mata menyapu
sekelilingnya, tak ada selembutpun nafasnya yang terengah-engah, detak
jantungnya berjalan normal padahal ia
melakukan gerakan lari yang begitu cepat. Tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak., “Haaa…haa….haaa….. rupanya Iblis dari Utara
seorang yang pengecut!” teriaknya keras-keras.
Ia adalah seorang laki-laki yang usianya sekitar lima puluh lima
tahunan, walaupun sudah tua tetapi masih
begitu kekar. Wajahnya yang bulat dengan
hiasan kumis tebal dengan alis yang sudah Nampak memutih sedangkan matanya yang
bulat seperti wajahnya tampak bergerak-gerak seolah-olah mencari sesuatu. Perawakannya tidak terlalu tinggi juga tidak
terlalu pendek, hanya saja otot-ototnya yang keluar menunjukkan bahwa ia suka
melakukan gerak badan untuk melatih otot-ototnya.
“Hai…ayo
datanglah dan berlutut kepadaku!” semakin keras ia berteriak.
“Heee..hee… Iblis Penyebar Maut, siang-siang sudah berteriak-teriak mengganggu orang yang sedang menikmati hidangan” terdengar suara yang lembut tetapi mengandung tenaga dalam yang sangat kuat. Yang dimaksud sebagai Iblis Penyebar Maut adalah orang yang berteriak-teriak tadi, matanya bergerak mencari sumber suara itu, tampak olehnya seorang laki-laki kurus kering dengan rambut yang telah memutih, pakaiannya hanya jubah hitam yang diselempangkan pada tubuhnya, matanya yang telah cekung menggambarkan bahwa ia seorang laki-laki yang kira-kira berusia tujuh puluh tahunan lebih, kulitnya sudah banyak yang berkeriput, wajahnya sangat menyeramkan bahkan dapat dikatakan kalau wajahnya bukan lagi wajah manusia karena seluruh wajahnya benjol-benjol berwarna merah darah, sungguh sangat menjijikkan. Dialah yang dimaksudkan tadi sebagai Iblis Dari Utara karena memang dia seorang datuk sesat yang selalu menyebar petaka dan menguasai perairan di pesisir utara. Dengan duduk bersila, Iblis Dari Utara menikmati daging kelinci yang tampaknya masih segar dan tanpa dibakar ataupun dimasak tetapi dimakan mentah-mentah.
“Heee..hee… Iblis Penyebar Maut, siang-siang sudah berteriak-teriak mengganggu orang yang sedang menikmati hidangan” terdengar suara yang lembut tetapi mengandung tenaga dalam yang sangat kuat. Yang dimaksud sebagai Iblis Penyebar Maut adalah orang yang berteriak-teriak tadi, matanya bergerak mencari sumber suara itu, tampak olehnya seorang laki-laki kurus kering dengan rambut yang telah memutih, pakaiannya hanya jubah hitam yang diselempangkan pada tubuhnya, matanya yang telah cekung menggambarkan bahwa ia seorang laki-laki yang kira-kira berusia tujuh puluh tahunan lebih, kulitnya sudah banyak yang berkeriput, wajahnya sangat menyeramkan bahkan dapat dikatakan kalau wajahnya bukan lagi wajah manusia karena seluruh wajahnya benjol-benjol berwarna merah darah, sungguh sangat menjijikkan. Dialah yang dimaksudkan tadi sebagai Iblis Dari Utara karena memang dia seorang datuk sesat yang selalu menyebar petaka dan menguasai perairan di pesisir utara. Dengan duduk bersila, Iblis Dari Utara menikmati daging kelinci yang tampaknya masih segar dan tanpa dibakar ataupun dimasak tetapi dimakan mentah-mentah.
“Orang
tua busuk…. Kesukaanmu makan daging mentah belum juga hilang” kata Iblis Penyebar Maut.
“Hee..hee..heee.. kenapa kamu selalu mengumpat, ayo kesinilah!”
“Siapa
yang sudi makan daging mentah sepertimu….!”
“He..bocah,
ternyata kau masih dapat menepati janjimu”
kata Iblis Dari Utara “tinggal Sepasang Iblis Akherat yang masih suka
molor!”
“Hai
Iblis Tua tak tahu diri, sudah
ditunggu-tunggu kau masih bilang aku molor!?”
terdengar suara dari jarak yang
tidak begitu jauh. Iblis dari Utara dan
Iblis Penyebar Maut menengok ke aras munculnya suara itu, tampak terlihat dua orang berjalan
ke arahnya. Sekilas dua orang itu
mempunyai wajah yang sama karena memang keduanya adalah kakak beradik, dua-duanya mempunyai tinggi yang sama, perawakannya pendek dengan wajah lonjong tak
seimbang dengan bentuk tubuhnya. Matanya
melotot seperti mau keluar sedangkan
mulutnya lebar dengan hidungnya yang pesek. Bedanya, yang satu suka menggunakan baju
warna merah sedangkan yang satu lebih suka warna hitam.
“Iblis
busuk, masih tajam pula pendengaranmu” umpat Iblis Penyebar Maut.
“Hee..he..he…tujuh
tahun tak jumpa, ilmu larimu semakin hebat juga…masih pantas kalau kau dijuluki
Iblis Penyebar Maut” kata Sepasang Iblis berbaju merah.
“Kudengar
kau pun bersembunyi untuk menciptakan ilmu baru” sambung si Baju hitam “tentunya
tak lebih untuk menakuti anak-anak…he.he..he…” mereka terkekeh-kekeh.
“Hidung
pesek, sepuluh pasang orang sepertimu
aku tak akan lari” balas Iblis Penyebar Maut.
“Haa..haa..haaa…kaupun
masih lagak!” teriak si Baju Merah “Keluarkan ilmumu yang baru aku akan
mencobanya..!” teriaknya lagi sambil
melompat menerjang Iblis Penyebar Maut,
serangannya bukanlah sekedar main-main,
saat tubuhnya mendekat Sepasang Iblis Baju merah itu menghantamkan
tangan kirinya ke arah bahu Iblis Penyebar Maut,
mendapat serangan yang tiba-tiba itu Iblis Penyebar Maut sedikit
terkejut, tetapi dia bukanlah orang yang
bodoh yang membiarkan tubuhnya menjadi sasaran serangan itu. Iblis Penyebar Maut mengelak dengan menggeser
kakinya ke kanan. Praaakk …. Serangan
itu hanya mengenai batu yang ada di sebelah Iblis Penyebar Maut, semuanya menjadi hancur, dapatlah dibayangkan bagaimana kalau mengenai
tubuh manusia tentunya akan hancur berkeping-keping.
“Heh
.. tenaganya sedikit berkurang!” ejek
Iblis Penyebar Maut “Kau masih harus ndekem mendalami ilmu sepuluh tahun lagi
untuk menghadapi aku!” mendengar
kata-kata itu Sepasang Iblis baju merah menjadi geram, ia segera membalikkan badanya dengan melakukan putaran di udara, kakinya lulus diayunkan ke depan. “Tendangan layangmu sudah kuno sobat, lebih
pantas untuk menendang kecoa busuk!”
Iblis Penyebar Maut terus mengoceh dengan menarik badannya ke belakang
untuk menghindari tendangan Sepasang Iblis berbaju merah. Wuuut …. Kembali tendangan itu lepas dari
sasaran, hal ini semakin memanaskan
hati. “Setan belang..kau hanya dapat
mengelak! Teriak Sepasang Iblis berbaju merah itu.
“Haa…haa..haa..
baiklah sobat, hadapi Jurus Merusak Sukma,
dalam tiga jurus kalau kau mampu bertahan aku akan angkat kaki!” tantang Iblis Penyebar Maut. Suatu tantangan yang sangat berani terlebih
yang ditantang adalah Sepasang Iblis,
walaupun hanya satu saja yang maju bukanlah lawan yang ringan. Selain sudah lama malang melintang di dunia
persilatan kepandaiannya juga cukup tinggi.
Tampak Iblis Penyebar Maut mulai menyerang dengan tendangan-tendangan
yang sangat mematikan. “Satu..!” teriaknya dengan tangan menyambar ke punggung
lawan, “Dua…!” kembali Iblis Penyebar
Maut melakukan hitungan , tangannya memutar ke depan melakukan dorongan ke arah
perut lawan, sepasang Iblis berbaju
merah memiringkan badannya ke depan,
“Hee..jurus macam begini kau pamerkan pada aku!” ejeknya. “Tiga…!”
teriak Iblis Penyebar Maut seakan tak menanggapi ejekan sang lawan, ia
berguling ke depan, kakinya menyapu ke arah lawan sedangkan tangannya menyambar
ke depan. “Cukup! Tiga jurus…” teriaknya kembali dengan menghentikan
serangan, dia telah berdiri.
“Haaa….haaa…haaa….!” Sepasang Iblis baju merah tertawa
terbahak-bahak dengan jumawanya, “Ayo segera angkat kaki!” katanya dengan nada mengusir penuh
kemenangan, pikirnya dalam waktu tiga
jurus ia belum roboh berarti dialah yang memenangkan pertarungan.
“Haa..haa..
ternyata Iblis Penyebar Maut hanyalah lelaki lamah yang tolol!” maki Sepasang
Iblis baju hitam yang juga merasa girang karena saudaranya berhasil bertahan
dan menganggap memenangkan pertarungan itu.
“Haa..haaa…
Sepasang Iblis yang selalu takabur, aku
akan menepati janjiku…. Tapi lihat apa yang ada di tanganku!” kata Iblis Penyebar Maut sambil mengangkat
kedua tangannya. Sepasang Iblis
itupun tampak melototkan matanya dan
sangat terkejut melihat kedua tangan Iblis Penyebar Maut memegang sobekan kain
merah sebanyak tiga buah, bukan hanya
mereka berdua saja yang terkejut, Iblis
Dari Utara juga sedikit merasa terkejut. Memang saat melakukan serangan ke arah
bahu dan perut sebenarnya serangan itu tepat mengenai sasaran hanya saja dengan
sangat lembutnya seolah tanpa tenaga sehingga serangan itu tidak sampai
mengeluarkan suara bahkan sang lawanpun tidak merasakan apapun apalagi
mendengar suara kain yang tersobek. Hal
ini memang disengaja oleh Iblis Penyebar Maut untuk tidak merobohkan lawan
tetapi hanya untuk mempermalukan dan memberi pelajaran pada lawan yang selalu
jumawa sehingga tenaga yang dikeluarkan tidak menggunakan tenaga penuh. Sepasang Iblis berbaju merah segera melihat
dirinya, sobekan pakaiannya pada punggung, perut dan paha begitu jelas terlihat
dan meninggalkan bekas merah seperti cakaran pada kulitnya. Wajahnya sebentar memerah sebentar memucat,
dihentak-hentakkan kakinya ke tanah.
“Tak
kusangka jurus sukma sangat hebat” puji Iblis dari Utara, “Membuatku ingin
mencobanya”
“He..he..
aku kuatir tubuhmu yang tinggal tulang nanti malah terbakar” balas Iblis
Penyebar Maut dengan nada mengejek.
“Sungguh
saying, aku tak punya banyak waktu untuk merobek mulutmu!” kata Iblis dari
Utara.
“Heh
.. rupanya kau takut juga?” kata-kata
Iblis Penyebar Maut sangatlah memerahkan telinga, apalagi untuk tokoh-tokoh
golongan hitam yang selalu tidak puas dalam menerima kekalahan.
“Cukup!..
mari kita bicarakan rencana kita” Sepasang Iblis baju hitam mulai angkat
bicara.
“Benar
juga katamu, akupun juga sudah gerah lama-lama disini!” kata Iblis Penyebar
Maut “Hayoo Iblis dari Utara, cepat katakan apa maksudmu untuk mengundangku
kesini”
“Baik..baiklah,
ayo duduk biar kita enak untuk bicara” katanya
Keempat
orang itu segera duduk melingkar diatas
batu yang menyerupai meja bulat. Iblis
dari Utara segera memulai pembicaraannya.
“Kalian
tahu, bahwa saat ini Penguasa Majapahit
Kertarajasa Jaya Wardana sudah mulai melemah karena kondisi kesehatannya,
banyak pembesar-pembesar kerajaan mulai berkasak-kusuk untuk menentukan siapa
yang bakal menggantikannya” Kata Iblis dari Utara.
“Lalu
apa hubungannya dengan kita?” sela Sepasang Iblis berbaju hitam.
“Bodoh!”
bentak Iblis dari Utara “ini adalah kesempatan kita untuk mendapatkan andil
besar, karena banyak daerah-daerah yang sudah mulai menyiapkan diri melakukan
pemberontakan!” sejenak Iblis dari Utara mengambil nafas panjang “kita harus
mengambil sikap mana yang akan menguntungkan kita”
“hee..hee…bicaralah
terus terang apa rencanamu tidak perlu kau bicara mutar-muter” kata Iblis
Penyebar Maut dengan sinisnya.
Iblis
dari Utara tersenyum dengan menahan kesabarannya, “Kita kumpulkan tokoh-tokoh
golongan sesat, kita menyusup ke pejabat-pejabat yang haus akan harta dan
kedudukan, kita harus dapat menguasai dan memperalatnya. Keuntungan kita selain kekayaan juga
kedudukan akan kita peroleh!” jelas
Iblis dari Utara.
“Pintar
juga pikiranmu yang busuk itu” puji Iblis Penyebar Maut, “Kita sudah malang
melintang dikejar-kejar pasukan Majapahit, kini saatnya kita bangkit untuk
menguasai orang-orang Majapahit” katanya dengan keyakinan yang penuh.
“Terus
siapa yang akan kita jadikan sasaran?” Tanya Sepasang Iblis berbaju merah sambil
mengangguk-angguk.
“Purbaya
!” jawab Iblis dari Utara tegas
“Siapa
itu Purbaya?” kembali Sepasang Iblis berbaju merah itu bertanya.
“Adik
dari Lodra Kencana Wuku di Ganapati”
jelas Iblis dari Utara, “dia punya ambisi yang kuat dan saat ini sudah mulai
mengumpulkan tokoh-tokoh hitam untuk menyusun kekuatannya”.
“Haa…haa..haa…”Iblis
Penyebar Maut tertawa terbahak-bahak “ Purbaya memang bocah edan, suatu saat
kakaknya pun akan ditikamnya sendiri! Pintar..pintar…benar-benar pintar kau
Iblis dari Utara!” puji Iblis Penyebar Maut, “Tapi ingat di Ganapati ada Raden
Sabu yang memegang Kepala Keamanan
sebagai manggala, dia itu juga duri yang harus kita waspadai, hatiku pun tidak
akan pernah merasa tenang kalau si Sabu itu masih ada!”
“Memang
kalau kita berempat melawan si Sabu secara terang-terangan pun tak bakalan mampu
untuk merobohkannya, Bukankah kau sudah dijuluki Iblis Penyebar Maut? Ayo
buktikan kehebatanmu untuk membuat si Sabu kelojotan tanpa kita hadapi!” kata
Iblis dari Utara menantang.
“Itu
urusan kecil! Bukankah saat ini para pendekar juga sedang bersaing untuk
memperebutkan Kitab Naga!” kata Iblis Penyebar Maut.
“Kitab
Naga?!!” Sepasang iblis menjadi terkejut saat disebut Kitab Naga. “Bukankah itu
sudah hilang ratusan tahun?!”
“Ya,
Kitab Naga yang saat ini dibicarakan.
Kanon ada di lembah Gunung Argopuro, biarkan mereka disibukkan dengan
masalah kitab naga dan saling menyerang untuk menguasainya!” Jelas Iblis Penyebar Maut “Kalau saja kita dapat menguasainya tentu
kita pun juga akan menguasai dunia persilatan!”
“Kita
harus secepatnya ke kota Pamotan, disanalah pusat kekuatan, aku sudah tak punya
waktu lagi untuk basa-basi, selamat tinggal!”
kata Iblis dari Utara, tubuhnya mencelat ke udara, sekejab saja tubuhnya
sudah tak Nampak.
“Tua
renta busuk, akupun tak mau lama-lama disini!” Iblis Penyebar Maut memaki-maki,
dan dia pun mengikuti Iblis dari Utara, dengan sekali loncat dia sudah berada
di sela-sela batu terjal dan lari ke arah selatan. Tinggal Sepasang Iblis yang
nampaknya hatinya tak senang melihat kepandaian Iblis dari Utara dan Iblis
Penyebar Maut. Dalam hati mereka
berdua juga menginginkan Kitab Naga
untuk menguasai dunia persilatan tetapi melihat kenyataan bahwa sebenarnya ilmu
silatnya masih kalah jauh dibawah kedua Iblis tadi niatnya menjadi ciut. Baru tiga jurus sata dia sudah dapat
dirobohkan. Jalan satu-satunya adalah
menikan dari belakang. Begitulah orang
yang sudah dikuasai dengan nafsu angkara
murka, ia ingin menunjukkan bahwa inilah aku, sifat ego yang terlalu
tinggi pada seseorang itu dapatlah menyeret ke arah kesombongan dan tak ingin
terlihat akan kelemahannya. Ini
sangatlah berbahaya karena semakin besar sifat ego itu akan dapat dikuasai oleh
nafsu, dan segala cara ataupun jalan akan ditempuhnya untuk menuruti hawa
nafsu. Itulah yang terjadi pada diri
Sepasang Iblis.
ooooOO )Episode Selanjutnya Klik Bagian 2 Episode 3 ( OOoooo