Tuesday, November 13, 2018

Kitab Naga Bagian 2 Episode 6


KITAB NAGA
(Karya: Mas Wient)
Bagian 2 Episode 6

“Trang…trang…trang…traang…”  terdengar begitu nyaring benturan pedang yang sedang beradu.  Suara itu begitu keras yang berasal dari sebuah pertarungan satu lawan satu.  “Hiyaaaat ….” Teriak salah seorang dari mereka dengan melancarkan serangan pada lawannya.  Seorang wanita dengan tubuh langsing, padat berisi sehingga lekuk tubuhnya sangatlah jelas, pada dadanya sedikit menonjol dengan kencang, kulitnya yang putih bersih dapat terlihat dari pantulan raut wajahnya yang bulat, matanya tidak terlalu lebar, hidungnya kecil mungil dengan bibir merekah.  Kalau melihat mungkin orang akan mengira kalau dia berusia di bawah tiga puluh tahunan, karena kepandaiannya dalam merawat tubuh dan sering minum ramuan jamu sehingga dia tampak muda padahal usianya sudah empat puluh lima tahun.  Dia adalah Dewi Kematian.    Sebuah julukan yang terkesan sangat mengerikan dan membuat bulu roma berdiri saat mendengarnya.  Memang sebutan itu sangatlah pantas, karena setiap kali dia muncul selalu saja ada korban-korban yang mati dengan tubuh telanjang, dada terbelah tanpa jantung.  Rata-rata yang menjadi korban adalah pemuda-pemuda tampan.  Itulah kepuasan Dewi Kematian, setiap kali mendapat mangsa atau menemukan pria-pria yang memenuhi seleranya, dia mengajak berkencan, bercumbu dan bercinta sepuas hatinya, tetapi setelah kepuasan itu dapat diperolehnya dengan kejamnya Dewi Kematian menikam pria itu dengan pedangnya kemudian membelah dadanya dan mengambil organ jantungnya.  Kanon jantung yang diambil itu untuk digunakan sebagai ramuan obat awet mudanya.  Sungguh sangat mengerikan dan menjijikkan.  Entah sudah berapa banyak pria yang menjadi korban kebiadaban dan keganasannya, kecantikannya itulah sebagai pemikat.

Sedangkan yang menjadi lawan bertarung Dewi Kematian saat ini adalah seorang laki-laki berusia sekitar lima puluh lima tahun, tubuhnya sedang tidak terlalu gemuk, kepalanya tertutup sorban putih dengan baju yang serba putih, kumisnya juga putih demikian pula jenggotnya yang telah memutih tampak panjang sampai dada tetapi giginya masih kuat dan tersusun rapi.
“Iblis betina, hari ini adalah hari kematianmu…!” umpat laki-laki itu dengan nada marah, dialah Ki Suryo.
“Hee heee..heee..heee..” jangan takabur Ki” balas Dewi Kematian dengan berlompatan menghindari serangan Ki Suryo.  Sudah seratus jurus lebih telah berlalu tetapi belum terlihat mana yang lebih unggul, keduanya mempunyai kepandaian yang seimbang.
“Iblis babon, aku akan mencincang kau seperti apa yang kau lakukan pada anakku!” Ki Suryo terus mengeluarkan kata-kata makian dengan melancarkan serangan-serangan mematikan.  Memang kemarahannya sudah memuncak, api dendam yang ada dalam hati Ki Suryo terus berkobar terlebih saat Ki Suryo teringat akan nasib anaknya yang semata wayang telah menjadi korban kebiadaban Dewi Kematian.  Inilah saatnya untuk menuntut balas.
“Ternyata kaupun  kuat juga Ki”  kata Dewi Kematian, “Pantas anakmu pun sangat menggairahkan sekali”  kata-kata mesum keluar dari mulut mungil Dewi Kematian, Ki Suryo semakin marah,  tubuhnya melayang dengan melakukan tendangan ke arah Dewi Kematian.  “Praaak….” Saat melihat serangan datang, Dewi Kematian segera melompat dengan memutar tubuhnya sehingga serangan Ki Suryo hanya mampu menghantam pohon sampai roboh, dapat dibayangkan kalau saja serangan itu mengenai tubuh Dewi Kematian tentu sangatlah tragis nasibnya.
“Tendanganmu hebat Ki, sayang hanya mampu menghancurkan pohon kering!” ejek Dewi Kematian, “Sambutlah seranganku Ki…!” Dewi Kematian mencelat ke arah Ki Suryo, tendangan beruntun dengan kecepatan yang luar biasa di lancarkan ke arah Ki Suryo, nampaknya Ki Suryo sangatlah kerepotan mendapatkan serangan seperti itu.  Ki Suryo hanya berlompatan untuk menghindar, sesekali meliukkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Ki Suryo dapat menggagalkan serangan itu walaupun sangat repot sekali, tetapi alangkah terkejutnya Ki Suryo saat Dewi Kematian secara tiba-tiba melakukan pukulan dengan tendangan, Ki Suryo dapat menduga kalau serangan itu  bukanlah serangan sembarangan melainkan serangan yang sangat mematikan dengan menggunakan  kekuatan  tenaga dalam yang sangat ampuh.  Sebelum serangan itu mengenai sasaran, Ki Suryo telah mengalirkan hawa murni ke seluruh tubuhnya.  “Desss…” benturan itu tak dapat untuk dihindari lagi, dua tenaga dalam saling beradu, Ki Suryo terpental beberapa langkah ke belakang, sedangkan Dewi Kematian terpelanting dengan mengeluarkan darah segar dari bibirnya yang mungil.
“Uuugh…”  keluh Dewi Kematian tertahan, ia berusaha untuk berdiri, ia merasakan tubuhnya nyeri seakan tulangnya remuk.  Dewi Kematian mengalami luka dalam yang cukup berat.  Sementara Ki Suryo telah berdiri seakan tidak mengalami luka sedikitpun, bibirnya masih tersenyum mengejek.
“Ki, tenagamu hebat sekali” kata Dewi Kematian sambil meringis menahan rasa sakit yang amat sangat dan sesak pada dadanya.  “Kali ini aku mengaku kalah, tapi kelak aku akan mencarimu” selesai mengucapkan kata-kata itu Dewi Kematian membalikkan tubuhnya dan melesat pergi dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sempurna.  Ki Suryo bermaksud untuk mengejarnya, tapi baru beberapa langkah, “Uugh..ugh..” darah hitam keluar dari mulut Ki Suryo.  Rupanya luka-luka yang dialami Ki Suryo lebih parah dibandingkan dengan luka yang dialami Dewi Kematian.  Kalau saja Dewi Kematian tidak lari dan melanjutkan pertarungan mungkin Dewi Kematianlah yang berada di atas angin untuk merobohkan Ki Suryo.    Memang saat Dewi Kematian mencoba untuk bangkit, Ki Suryo tidak melakukan serangan balik karena Ki Suryo tahu kalau luka yang dideritanya sangatlah hebat sehingga kalau dia nekad untuk melakukan serangan tentu sangat membahayakan jiwanya, walaupun Dewi Kematian juga telah terluka tapi dalam hati Ki Suryo juga mengakui kalau sebenarnya kepandaian yang ia miliki masih kalau jauh di bawah Dewi Kematian.  Untunglah dengan menahan rasa sakitnya Ki Suryo dapat berdiri tegak sehingga Dewi Kematian tidak menyangka kalau Ki Suryo juga mengalami luka dalam yang lebih parah.  Tak dapat dibayangkan kalau Dewi Kematian masih melakukan serangan pada Ki Suryo.
Ki Suryo duduk bersila di bawah pohon yang rindang untuk mengerahkan hawa murninya, matanya terus terpejam dengan memusatkan konsentrasinya, secara perlahan hawa murni yang telah terkumpul dia salurkan ke seluruh tubuhnya.  Badanya mulai basah oleh keringat.

👀👀👀 Ikuti terus Klik Bagian 2 Episode 7 ðŸ‘€ðŸ‘€ðŸ‘€

No comments:

Post a Comment