Wednesday, November 30, 2016

Wednesday, November 9, 2016

Mengenang Masa Kecil Dulu

Masa Kecil menjadi hal yang indah untuk dikenang manakala kita telah dewasa.  Banyak kejadian lucu yang membuat tersenyum.  Banyak permainan-permainan tempo dulu yang tak lagi ada dan dilupakan, hilang ditelan masa. 



https://youtu.be/RY8qKlP6Q_M



Thursday, November 3, 2016

Bingkai Puisi

Bingkai Puisi.  Sebuah kata bisa menjadi inspirasi yang akhirnya terwujud dalam kumpulan kata dan dikemas dalam sebuah "Bingkai Puisi".  Dengan lirik Lagu-lagu terpopuler akan lebih indah untuk dinikmati.  Baca selengkapnya di
https://www.youtube.com/watch?v=Zuj6Yt7ML4s

Wednesday, November 2, 2016

Mengenang Sosok Ibu

Ibu adalah seorang sosok yang sangat berarti dalam kehidupan kita.  Ibu yang selama ini menjadi Malaikat kita, Ibu yang menjadi Pahlawan Sejati kita.  Marilah sejenak kita melihat vidio tentang sosok ibu.
https://www.youtube.com/watch?v=K2oDcFe72_o

Sunday, July 3, 2016

Saat Kedatanganmu

Saat Kedatanganmu
(S. Wient)



Burung-burung berkicauan di rerantingan pohon, menari menyambut hangatnya sang mentari,  pepohonan yang tertiup angin menyuguhkan tarian gembira menyapa matahari yang  tersenyum memancarkan sinarnya.  Awan yang cerah melukiskan suasana hari yang indah.

Tuesday, April 19, 2016

Puisi-Puisi Tentang Kartini

Sebentar lagi seluruh masyarakat yang ada di tanah air akan memperingati sebuah hari bersejarah, hari yang begitu penuh arti bagi bagi rakyat Indonesia, yang tak lain adalah hari Kartini yang akan jatuh pada tanggal 21 April. Hari Kartini menjadi sebuah  tradisi yang rutin diperingatui tiap tahunnya untuk mengenang jasa dan pergorbanan seorang putri Indonesia yang dalam menjunjung tinggi emansipasi wanita.  Untuk mengenang itu karya puisi tentang kartini dapat terangkai seperti yang ada disini. wanita. 

Raden Adjeng Kartini
COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Raden Ajeng Kartini TMnr 10018776.jpg
Portrait of Raden Adjeng Kartini
Born21 April 1879
Jepara, Central Java, Dutch East Indies ( now Indonesia)
Died17 September 1904 (aged 25)
Rembang, Central Java, Dutch East Indies ( now Indonesia)
Other namesRaden Adjeng Kartini
Known forWomen's emancipation; national heroine
ReligionIslam
Spouse(s)Raden Adipati Joyodiningrat

















R.A. Kartini

Raden Ajeng Kartini
R.A Kartini. adalah salah satu tokoh  wanita yang sangat terkenal di Indonesia.  Beliau dikenal sebagai  pahlawan nasional yang  gigih memperjuangkan emansipasi wanita semasa hidupnya. Profil R.A Kartini, yang  lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Mayong  Kabupaten Jepara, di tengah-tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya, gelar Raden Ajeng dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah, dan menurut tradisi Jawa kala itu jika sudah menikah maka gelar kebangsawanan yang dipergunakan bukan Raden Ajeng melainkan Raden Ayu, sama-sama menggunakan singkatan R.A.

Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara, beliau ini merupakan kakek dari R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang terpandang karena posisinya saat  itu menjabat sebagai bupati Jepara. Dari rahim seorang ibu yang bernama M.A. Ngasirah dilahirkanlah Kartini. Ibu M.A. Ngasirah  adalah anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah, Kartini merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan bahwa garis keturunan ayahnya berasal dari kerajaan Majapahit.

Ibu R.A Kartini yaitu M.A. Ngasirah sendiri bukan keturunan bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa saja, oleh karena itu peraturan kolonial Belanda ketika itu mengharuskan seorang Bupati harus menikah dengan bangsawan juga, hingga akhirnya ayah Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura ketika itu.
R.A Kartini Bersama Saudara-Saudaranya
R.A Kartini sendiri memiliki saudara berjumlah 11 orang yang terdiri dari saudara kandung dan saudara tiri. Beliau sendiri merupakan anak kelima, namun ia merupakan anak perempuan tertua dari 11 bersaudara. Sebagai seorang bangsawan, R.A Kartini juga berhak memperoleh pendidikan.

Ayahnya kemudian menyekolahkan Kartini kecil di ELS (Europese Lagere School). Disinilah Kartini kemudian belajar Bahasa Belanda dan bersekolah disana hingga ia berusia 12 tahun sebab ketika itu menurut kebiasaan ketika itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk 'dipingit'.

Pemikiran-Pemikiran R.A Kartini Tentang Emansipasi Wanita
Meskipun berada di rumah, R.A Kartini aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-menyurat dengan temannya yang berada di Belanda sebab beliau juga fasih dalam berbahasa Belanda. Dari sinilah kemudian, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang ia baca dari surat kabar, majalah serta buku-buku yang ia baca.

Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi sebab dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu.

R.A Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan eropa yang menjadi langganannya yang berbahasa belanda, di usiannya yang ke 20, ia bahkan banyak membaca buku-buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta.
...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu - (R.A Kartini)."
Ketertarikannya dalam membaca kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan yang cukup luas soal ilmu pengetahuan dan kebudayaan, R.A Kartini memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita melihat perbandingan antara wanita eropa dan wanita pribumi.

Selain itu ia juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang terjadi menurutnya, seorang wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum.

Surat-surat yang kartini tulis lebih banyak berupa keluhan-keluhan mengenai kondisi wanita pribumi dimana ia melihat contoh kebudayaan jawa yang ketika itu lebih banyak menghambat kemajuan dari perempuan pribumi ketika itu. Ia juga mengungkapkan dalam tulisannya bahwa ada banyak kendala yang dihadapi perempuan pribumi khususnya di Jawa agar bisa lebih maju.

Kartini menuliskan penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntuk ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.

Cita-cita luhur R.A Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan hak wanita pribumi olah Kartini, dianggap sebagai hal baru yang dapat merubah pandangan masyarakat. Selain itu, tulisan-tulisan Kartini juga berisi tentang yaitu makna Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan, peri kemanusiaan dan juga Nasionalisme.

Kartini juga menyinggung tentang agama, misalnya ia mempertanyakan mengapa laki-laki dapat berpoligami, dan mengapa  kitab suci itu harus dibaca dan dihafal tanpa perlu kewajiban untuk memahaminya.

Teman wanita Belanda nya Rosa Abendanon, dan Estelle "Stella" Zeehandelaar juga mendukung pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh R.A Kartini. Sejarah mengatakan bahwa Kartini diizinkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang guru sesuai dengan cita-cita namun ia dilarang untuk melanjutkan studinya untuk belajar di Batavia ataupun ke Negeri Belanda.

Hingga pada akhirnya, ia tidak dapat melanjutanya cita-citanya baik belajar menjadi guru di Batavia atau pun kuliah di negeri Belanda meskipun ketika itu ia menerima beasiswa untuk belajar kesana sebab pada tahun 1903 pada saat R.A Kartini berusia sekitar 24 tahun, ia dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan seorang bangsawan dan juga bupati di Rembang yang telah memiliki tiga orang istri.

Meskipun begitu, suami R.A Kartini memahami apa yang menjadi keinginan R.A KArtini sehingga ia kemudian diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama yang kemudian berdiri di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang yang kemudian sekarang dikenal sebagai Gedung Pramuka.

Pernikahan R.A Kartini Hingga Wafatnya
Dari pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, R.A Kartini kemudian melahirkan anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904, Namun miris, beberapa hari kemudian setelah melahirkan anaknya yang pertama, R.A Kartini kemudian wafat pada tanggal 17 September 1904 di usianya yang masih sangat muda yaitu 24 tahun. Beliau kemudian dikebumikan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang.

Berkat perjuangannya kemudian pada tahun 1912, berdirilah Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang kemudian meluas ke Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Sekolah tersebut kemudian diberi nama "Sekolah Kartini" untuk menghormati jasa-jasanya. Yayasan Kartini ini keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di era kolonial Belanda.

Terbitnya Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'
Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'
Sepeninggal R.A Kartini, kemudian seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa ketika itu.

Dari situ kemudian disusunlah buku yang awalnya berjudul 'Door Duisternis tot Licht' yang kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada tahun 1911. Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima terdapat surat-surat yang ditulis oleh Kartini.

Pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh Kartini kemudian banyak menarik perhatian masyarakat ketika itu terutama kaum Belanda sebab yang menulis surat-surat tersebut adalah wanita pribumi.

Pemikirannya banyak mengubah pola pikir masyarakat belanda terhadap wanita pribumi ketika itu. Tulisan-tulisannya juga menjadi inspirasi bagi para tokoh-tokoh Indonesia kala itu seperti W.R Soepratman yang kemudian menbuat lagu yang berjudul 'Ibu Kita Kartini'.

Presiden Soekarno sendiri kala itu mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang ini.

Munculnya Perdebatan Surat-Surat Yang Ditulis Oleh Kartini.
Banyak perdebatan serta kontrovesi mengenai surat-surat yang ditulis oleh Kartini,  sebab hingga saat ini sebagian besar naskah asli surat Kartini tak diketahui keberadaannya. jejak keturunan J.H. Abendanon pun sulit untuk dilacak oleh Pemerintah Belanda. Banyak kalangan yang meragukan kebenaran dari surat-surat Kartini.

Ada yang menduga bahwa J.H. Abendanon, melakukan rekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini didasarkan pada buku Kartini yang terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda ketika itu, dimana J.H Abendanon sendiri termasuk yang memiliki kepentingan dan mendukung pelaksanaan politik etis.

Selain itu penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga banyak diperdebatkan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya bersama dengan hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember.

Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih, sebab masih ada pahlawan wanita lain yang tidak kalah hebat perjuangannya dengan Kartini seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, dan lain-lain. Menurut sebagian kalangan, wilayah perjuangan Kartini itu hanya di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah mengangkat senjata melawan penjajah kolonial.

Buku-Buku R.A Kartini
  • Habis Gelap Terbitlah Terang
  • Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
  • Panggil Aku Kartini Saja
  • Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
  • Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
Sekian informasi mengenai biografi singkat R.A Kartini, semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sekian ( Diambil dari  Biografiku.com)

Cermin Alam


Friday, March 18, 2016

Dhandhang Gula


Wayang Kulit Tanpa Pengrawit


                                       Wayang Kulit Tanpa Pengrawit   
                                      (Sebuah Inovasi dan Kolaborasi)




Seni dan Budaya dalam arti luas, memiliki pemahaman yang menyatu dengan proses pembentukan cita rasa manusia terhadap waktu dan alam jagat raya.   Sebagai sebuah proses, Seni dan budaya saat  ini mengalami suatu keadaan, dimana kita (manusia) sebagai pelaku pencetus lahirnya seni dan budaya, termanipulasi oleh perkembangan zaman atau larut dalam seni dan budaya modern.  Proses perkembangan zaman  ini  mambuat kita lupa akan seni dan budaya leluhur yang merupakan prototype dan asal-usul lahirnya sebuah sejarah dan kebudayaan bangsa.

Sunday, March 13, 2016

Sesaat dalam Bayang Lamunanmu




Penyejuk Hati

Bekerja semestinya menjadi saraba ibadah.  Dalam bekerja kita persembahkan yang terbaik, bukan mendapat yang terbaik.  Inilah kisah dari Umar bin Khatab.....

Sunday, March 6, 2016

Telesik Sejarah

Fakta menarik Sejarah yang tidak anda dapatkan di buku manapun. Banyak kita temukan situs-situs sejarah yang menjadi fakta-fakta unik peradaban manusia dan menjadi bukti-bukti sejarah yang masih banyak mengandung misteri.  Berikut situs-situs sejarah yang ada di Lasem: Klik 

Tuesday, February 16, 2016

Artikel


WASPADAI STRESS PADA SISWA
Oleh:  Slamet Winarto, S.Pd


Tak terasa tahun telah berjalan dan sebentar lagi bagi anak didik kita yang saat ini sedang mengenyam dibangku kelas VI untuk SD/MI, kelas IX untuk SMP/MTs dan kelas XII untuk SMA atau kelas III untuk SMK.  Pada tahun-tahun yang lalu, Ujian Nasional menjadi momok yang selalu menghantui siswa, orang tua ataupun guru.  Bagaimana tidak, karena Ujian Nasional pada tahun-tahun  lalu yang menentukan nasib mereka ke depan.  Tak aneh kalau setelah saat-saat pengumuman kelulusan media masa banyak memuat berita yang membuat kita merinding dan  prihatin. Bayangkan saja gara-gara tidak lulus seorang siswa nekad bunuh diri, gara-gara tidak lulus seorang siswa nekad merusak sekolahan, dan mungkin masih banyak lagi berita-berita semacam itu. Mungkin kalau kita mendengar berita semacam itu hanya satu kata sebagai ungkapan “stress”.

Monday, February 15, 2016

Balada Pelajar Si Bejo

Balada Pelajar Si Bejo
 (S. Wient)


Saat fajar menyingsing
Kokok ayam bersautan menyambut sang surya
Alunan adzan subuh menggema ditengah keheningan
Selimut tebal diseretnya menutup seluruh tubuhnya
Ditutup telinganya rapat-rapat dengan bantal
Direngkuh guling dipeluk erat-erat
Sampai sinar mentari
Menembus dinding
Rumahnya
Ia
Terbangun
Dengan percikan air dimukanya
Menggeliat tak segera beranjak dari ranjangnya
Kakinya melangkah dengan berat dibersihkan badanya
Pagi itu
Diantara deru debu
Asap kendaraan hitam pekat
Dengan seragam yang lusuh dan berbau
tas dipunggung yang tak pernah ada buku
ia
duduk bangku metro mini
kepalanya mengangguk-angguk
mengikuti alunan musik dari handset di telinga
ia
tak peduli
dengan ibu tua berdiri di sampingnya
ia
tak peduli
pada ibu hamil yang berdesakan
ia
tak peduli
pada lelaki cacat tanpa kaki
yang mencoba bertahan berdiri dengan tongkat
ditengah-tengah penumpang yang saling berdesakan
Hilang sudah jati diri
Di sekolah
Bak pria sejati berteriak tanpa henti
Bicara bagai tong kosong tapi tak berbunyi
Ia
Tak keluar kata
Saat  guru bertanya
Tentang bunyi Pancasila
Sore
Saat mahgrib usai
Teman sebaya mengaji
Mengalunkan ayat-ayat Qu’an
Ia
Mendengarkan rock n roll
Malam
Bagaikan kelelawar
Pergi  berpesta pora penuh tawa
Dan pulang dengan langkah sempoyongan
Saat ujian tiba
Ia
Hanya mengandalkan kepalan tangan
Menggunakan okol untuk meminta jawaban
Akal dan pikirannya beku tak lagi bisa berjalan
Ia
Bangga
Dasar si Bejo
Memang bernasib bejo
“aku lulus”
Teriaknya diantara deru konvoi
Yang sangat memekakkan telinga
Dalam perjalanan hidupnya
Ia
Tersadar
Menghadapi masa depan
Lebih berat dan penuh persaingan
Kecerdasan berfikir dan kebodohan
Rasa takut dan keberanian
Hidup berdampingan
Dalam diri manusia
Sepanjang masa
Ia
Mengerti
Bulan
Bintang
Matahari
Bersinar menerangi bumi
Cahaya pengetahuan sejati
Menerangi jagat raya ini tanpa henti
Ia
Tahu
Menimba ilmu dari para suci
Membebaskan jiwa dari segala noda
Pengendaian indera membebaskan diri
Dari segala perbuatan tercela
Kehadirannya
Kini persis seberti sebuah tugu
Berdiri tegak lurus
Dan membisu 
Ia
Tak memperoleh sesuatu
Karena ketidak mempuannya
Selama ini
Ia
Meniadakan kekuatan jiwa
Tak menghayati pelajaran yang diterima
Bergaul yang tak pernah menunjang kesadaran
Berkelahi karena sebatas gengsi dan perut semata
Sementara badan yang terus melemah karena usia
Si Bejo
Memang mempunyai nasib bejo
Dalam sisa-sia hidupnya
Ia
Masih punya kesadaran
Dalam kesadarannya
Ia
Masih bisa bertaubat
Bersujud memohon ampunan-Nya
Dan
Ia
Melakoni hidup
Sebagai sebuah persembahan

Kepada Yang Tak Berawal  dan  Tak Berakhir

Budaya Bangsaku

Budaya Bangsaku
(S.Wient) 


Budaya bukanlah sekedar identitas diri 
Tetapi jati diri kita, 
Jati diri bangsa ini 
Akankah kita lupakan..? 
Lantas, apakah kita pantas menyontek 
budaya-budaya asing?
     Kita pisahkan diri 
     dari Syailendra 
     Sriwijaya 
     Mataram 
     Majapahit 
     Sampai Demak Bintoro 
Kita cabut sendiri akar budaya bangsa ini 
Sampai kita kehilangan jati diri sebagai bangsa 
yang beradab 
Pergilah,  kau ke India 
 dan Tanyalah apa itu Taj Mahal 
Mereka akan menjawab dengan bangga 
itu adalah peninggalan budaya Dinasti Mogul 
     Disini aku berpijak ditempat dimana aku berada 
     Menatap Indonesiaku yang akan datang 
     Melihat setiap bangunan jiwa 
     dengan struktur roh-roh yang ada didalamnya 
     Aku tak akan gelisah, 
     menyesali ataupun kwatir 
     Karena dalam penglihatan mataku 
Masih ada warisan-warisan 
yang bukan hanya sebuah bayangan 
Bukan hanya sebuah khayalan 
atau sekedar impian 
Tapi sebuah kepastian 
Lihatlah mereka bangkit!! 
Merengkuh budaya yang mencerminkan jati diri 
manusia Indonesia 
Mereka berjuang Karena tak rela 
Merebut kembali budaya-budaya yang telah beralih tangan 
Mereka terus berteriak 
“Bungkamlah suaraku, tapi dalam setiap tetes darahku tetap akan 
berseru BANGKITLAH INDONESIAKU!!       
karena semangatku adalah warisan budaya bangsaku”

Bangsaku Yang Pemurah

Bangsaku Yang Pemurah
 (S.Wient)

Tuhan sepertinya menciptakan Indonesia ini untuk dunia.
Negeri ini ibarat bocoran surga
Apa saja ada dan separuh kekayaan dunia ada di negeri ini
Flora dan fauna tak bisa kita hitung jenisnya
Hamparan kekayaan laut begitu lengkap
Gunung api yang menyemburkan berbagai jenis kekayaan alam
Semua jenis tambangpun tersedia
Minyak, emas, uranium, partikel, batu bara, bauksit
Dan entah apa lagi jenisnya
Hutan yang merupakan paru-paru dunia
Dan dunia bergantung padanya
Semua ada di negeri ini
Entah berapa ribu pulau yang dimiliki bangsaku
Dengan aneka ragam sosial budaya yang tak tertandingi
Inilah yang memanjakan dunia
Dan kemurahan masyarakat Indonesia
Mereka tak pernah berfikir tentang paten atau hak cipta
Karena nenek moyang kita mengajarkan  bahwa semua ini
Milik Tuhan yang harus kita dermakan
Silahkan “mencuri” batik, gamelan, keris, patung, angklung
Atau yang lainnya
Siapa yang berkomentar?
Hanya segelintir kaum intelektual
Dan rakyat si pemilik sejati hanya tenang
Rakyat punya sekoteng, bajigur, wedang jahe, tempe
Sebagai minuman dan makanan rakyat
Tak mempedulikan kemasan tanpa royalty
Silahkan para pengusaha mengambil apa saja jenis tambang
Rakyat akan iklas karena bangsa ini adalah bumi Tuhan
Jangankan minyak, air bersihpun dipersilahkan
Untuk kau ambil, kau kemas dan kau jual dengan harga tinggi
Dan rakyat tetap akan membeli
Rakyat bangsaku ini tak pernah menuntut
Walaupun setiap hari jalan berlobang membawa maut
Angkutan yang selalu berdesakan
Sarana umum yang tak nyaman dan tak pernah awet
Rakyat tetap menerima
Para pejabat yang korupsi ratusan milliar rupiah
Rakyat tetap tersenyum
Karena semua itu adalah milik Tuhan
Jika kau lihat siaran televisi
Semua menunjukkan kehebatan bangsa ini
Lihatlah, banyak yang sanggup berani hidup
Bertahan dengan penghasilan sepuluh ribu perhari
Mereka rela makan apa saja
Meski  berlimpah ruah kekayaan alam ini.
Mereka tak menikmati
Karena mempersilahkan  untuk dinikmati para pejabat yang korupsi
Manakala pilkada tiba
Rakyat juga iklas memilih siapa saja
Walaupun mereka tahu yang dipilih
Justru akan menyusahkan mereka
Dunia pantas berterima kasih kepada Rakyat Indonesia
Yang rela menyumbangkan apa saja
Demi kesejahteraan umat didunia ini

Sungguh Bangsaku adalah bangsa Yang Pemurah

Lembaran Bijaksana

Lembaran-Lembaran Bijaksana 
(S. Wient)

                                                 Aku selalu berjalan di tepi pantai, 
                                                 Deburan ombak dan hamparan pasir putih 
                                                 penuh buih terhempas angin. 
                                                Tapi laut dan pantai tak pernah terpisahkan, 
                                                Mereka akan bersama untuk selama-lamanya.
                                                Itulah arti dari kesetiaan.   
                                                Aku tetap berdiri Menatap batu karang 
                                                yang kokoh ditengah samudra
                                                Tak goyah oleh terpaan ombak dan badai 
                                                Itu makna keteguhan hati.  
                                                Saat mataku menatap keawan
                                                Burung-burung beterbangan 
                                                Menerjang hempasan angin dan percikan ombak 
                                                Ia terus berjuang mencari makan. 
                                                Itu makna perjuangan penuh kesabaran untuk membuka pintu rizki.   
                                                Manakala tubuh ini berjalan terbawa pasir 
                                                Mengikuti arus ombak samudra, 
                                               Tak ada pertentangan apalagi perlawanan.  
                                               Itulah tatanan hidup 
                                               Saling menyatu, bersama, meraih satu tujuan.  
                                               Antara air laut, ombak, angin, batu karang, pasir, burung 
                                               Adalah satu jiwa yang menyatu 
                                               Saling mengisi dan memberi Itulah hidup dalam kehidupan.