Sunday, February 14, 2016

Inovasi Pembelajaran (Pendahuluan)

BAB I
PENDAHULUAN
  

A. Latar Belakang Masalah

Didalam kegiatan belajar, proses pembelajaran yang dilakukan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menncapai tujuan pendidikan.  Kegiatan belajar mengajar (KBM) perlu dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna maupun pemahaman.  Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan.  Tanggung jawab belajar  berada pada diri siswa, dan guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau sepanjang hayat.
Mengajar ialah menyajikan bahan pelajaran oleh seorang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Hakekat belajar yang melandasi filosofi mengajar bagi seorang guru adalah ketika ia mampu membelajarkan siswa tentang bagaimana belajar (how to learn).  Dunia pembelajaran kita masih lekat dengan pola konvensional dengan menempatkan guru sebagai sumber belajar yang utama.  Proses mengajar lebih bernuansa memberi tahu dari pada membimbing siswa menjadi tahu.  Agar siswa dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka perlu dipersiapkan cara mengajar serta cara belajar setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin sehingga proses belajar terjadi dalam iklim yang mencerahkan. Seorang guru harus mampu menciptakan situasi  belajar yang memungkinkan siswa untuk mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahui sehingga belajar menjadi kurang bermakna.
Perubahan kurikulum dewasa ini hendaknya direspon oleh guru secara positif dengan kemampuan menciptakan inovasi pembelajaran secara kreatif. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan perlu adanya kreatifitas dari guru dalam penggunaan metode, model, maupun media pembelajaran yang bervariasi. Guru juga harus mengembangkan ketrampilan mengajar agar dapat menarik perhatian siswa sehingga hasil belajar memuaskan.   Untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, diperlukan adanya pendekatan atau metode.  Hal yang harus diperhatikan dalam peroses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode ialah bagaimana  menjadikan siswa paham dan bisa memperhatikkan apa yang disampaikan oleh guru dan bisa diterima setelah mendengarkan guru dalam penyampaian pelajaran dengan metode yang digunakan oleh guru tersebut.  Kegiatan belajar mengajar perlu menyediakan pengalaman yang nyata terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang dipelajari.  Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indra daripada hanya mendengarkan penjelasan guru.
 Berangkat dari latar belakang tersebut, secara mikro  perlu  ditemukan cara terbaik untuk menyampaikan konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep-konsep tersebut sebagai sebuah kompentensi yang berguna. Disamping itu, guru dituntut kemampuannya untuk dapat berkomunikasi secara efektif  dengan siswanya. Konsekuensi logis dari tuntutan profesionalitas ini adalah kemampuan menemukan pendekatan, metode, model, strategi, media dan alat pembelajaran yang tepat sesuai dengan kekhasan mata pelajaran tertentu.
Sebagai sebuah hasil, sebuah kompetensi tentu tidak bisa dilepaskan dari sebuah proses. Dalam sebuah desain pembelajaran, capaian kompetensi jelas terlihat dari rancangan dan pilihan strategi pembelajaran. Secara umum, kompetensi yang tertuang dalam kurikulum mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi  mensyaratkan partisipasi siswa dalam pembelajaran sebagai sebuah keniscayaan. Hal yang perlu disayangkan, hal ini belum optimal terjadi pada proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi  di MTs Negeri Pamotan. Melalui sebuah observasi awal, yang dilakukan dengan pengamatan langsung maupun dengan menggunakan instrumen sederhana dalam bentuk angket, tingkat pemahaman siswa kelas VIIIG dalam mengikuti pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi  di MTs Negeri Pamotan masih sangat rendah.
Berdasarkan refleksi yang penulis lakukan, identifikasi penyebab masalahnya rendahnya tingkat pemahaman siswa  dalam mengikuti pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi antara lain:
  1. Penggunaan media/alat pembelajaran untuk memperjelas konsep sebagai media praktikum siswa masih belum optimal.  Hal ini disebabkan karena di MTs Negeri Pamotan khususnya dan Madrasah atau Sekolah setingkat  lainnya pada umumnya terlebih yang berada di pedesaan mempunyai fasilitas peralatan praktikum TIK yang sangat terbatas bahkan ada pula yang tidak memiliki peralatan tersebut, mengingat anggaran untuk pengadaan dan perawatan peralatan cukup tinggi.
  2. Dari permasalahan pada poin satu diatas menimbulkan permasalahan baru yaitu guru kurang memberikan latihan atau praktikum kepada siswa.
  3. Guru mengalami kesulitan dan kurang memberikan contoh-contoh soal realistik (sesuai dengan pengalaman keseharian yang dialami siswa).
  4. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam        proses pembelajaran.
  5. Guru kurang terampil mengelola kegiatan pembelajaran.
Permasalahan dan kendala-kendala tersebut diatas merupakan tantangan bagi guru mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk menciptakan inovasi baru didalam mendesaian pelaksanaan pembelajaran sehingga didalam mengikuti proses  pembelajaran lebih mudah diterima dan dipahami  oleh siswa. 
Diantara tindakan yang merupakan alternatif pemecahan permasalah yang dihadapi MTs Negeri Pamotan adalah menggunakan inovasi Model pembelajaran  Estafet Question’s Card.  Penggunaan model pembelajaran ini, dilandasi oleh pemikiran bahwa model pembelajaran kooperatif ini karena ada unsur kerja sama sehingga siswa yang belum paham bisa mandapat bimbingan dari yang sudah paham dalam kelompoknya. Sebuah pertanyaan (Questions) yang dirancang  membuat setiap siswa punya tanggung jawab untuk sungguh-sungguh untuk memahami konsep dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini juga ada fase Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi yang saat ini sedang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan Model pembelajaran Estafet Question’s Card akan menjadikan siswa lebih bertanggung jawab untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dalam memahami sebuah konsep materi pelajaran, sedangkan tingkat kesulitan pengerjaan soal bisa diata si bersama dengan kelompok belajarnya.

B. Ruang Lingkup

Pembelajaran dengan Model pembelajaran Estafet Question’s Card dalam penelitian ini merupakan bentuk inovasi pembelajaran yang diterapkan dalam  mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan Standar Kompetensi Menggunakan perangkat lunak untuk menyajikan informasi yang dilakukan di Kelas VIII  MTs Negeri Pamotan Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah.  Kelas yang dipilih adalah kelas VIIIG, dengan alasan bahwa kelas tersebut berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pemahaman materi pelajaran relatif paling rendah dibanding dengan kelas lain.
Pemilihan MTs Negeri Pamotan Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah sebagai uji coba model pembelajaran ini, karena penulis mengajar di sekolah tersebut.  Dengan demikian, substansi penelitian menjadi daya dukung positif peneliti dalam melakukan tugas pokoknya sebagai pengajar. Artinya, penelitian ini menjadi solusi aktual bagi permasalahan yang dihadapi di dunia pekerjaannya. Dengan kata lain, dalam melakukan penelitian tidak mengganggu tugas pokoknya sebagai guru bahkan menjadi solusi cerdas terhadap masalah pembelajaran yang dihadapi.
Secara individu manusia tetap memiliki kekhasan individual yang membedekan satu sama lain. Pengalaman adalah guru yang sangat bijak demikian pepatah mengatakan.  Berangkat dari kenyataan empiris seperti ini Model pembelajaran Estafet Question’s Card menjadi suatu inovasi pendekatan dalam proses belajar, dimana individu dalam suatu kelompok, membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap dalam dirinya, melalui pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung.
Pemahaman dengan penggunaan Model pembelajaran Estafet Question’s Card menjadikan individu menjadi lebih peka terhadap setiap pengalaman yang terjadi. Disamping akan memberikan wawasan pengetahuan dan konsep-konsep baru, pendekatan ini juga akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan, melalui refleksi yang intensif, mendalam dan kritis atas setiap pengalaman, yang akan menghasilkan pemahaman bagi yang bersangkutan.

C. Tujuan


Secara umum, karya inovasi ini bertujuan menemukan strategi yang tepat untuk pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)  maupun mata pelajaran serumpun lainnya. Dengan ditemukannya strategi yang tepat, maka pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat berlangsung secara efektif, komunikatif, aktif dan kreatif sebagai prasyarat utama terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan mencerahkan sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran sebagai sebuah konsep.
Secara khusus, karya inovasi ini bertujuan:
1.    Memberi informasi dan contoh bagaimana merancang/menyusun sebuah program pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan Model pembelajaran Estafet Question’s Card Memberikan informasi dan contoh  tentang penyajian pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan Model pembelajaran Estafet Question’s Card.
2.    Menciptakan situasi dan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk melakukan eksplorasi dan partisipasi yang optimal dalam pembelajaran.
3.    Mendorong  dan merangsang guru untuk berfikir kreatif menemukan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi praktis di dunia pembelajaran.
Adapun manfaat penulisan karya inovasi ini dapat diuraikan dalam dua hal berikut.
1.      Manfaat Teoritis
Memperkaya khasanah inovasi pembelajaran dan sebagai stimulus bagi para pengembang pembelajaran, khusunya para guru untuk mengembangkan pemikiran kreatifnya dalam menuangkan ide-ide inovatif dan kreatif tentang pendekatan pembelajaran.
2.      Manfaat Praktis
Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi pelajaran lain atau pada jenjang pendidikan lain.

D. Kajian Teori

1.  Karakteristik Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
a.  Latar Belakang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI, 2006: 6).   Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan teknologi, mengingat dalam memasuki abad ke-21 bidang teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang cukup pesat yang dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mecroelektronika.  Perkembangan ini berpengaruh besar  terhadap aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini bantak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi.
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Teknologi perlu dikenalkan,  dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global  yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat.  Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas.
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran ketrampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpisah atau bersama-sama dengan mata pelajaran ketrampilan lainnya.  Alokasi waktu pembelajarannya secara keseluruhan untuk jenjang SMP/MTs adalah 72 jam pelajaran untuk selama 3 tahun, atau ekivalen 2 jam pelajaran per minggu untuk waktu 1 tahun jika mata pelajaran ini dibelajarkan secara terpisah dan mandiri.

b.  Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1).  Memahami teknologi informasi dan komunikasi.
2)      Mengembangkan ketrampilan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
3)      Mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
4)      Menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

c.  Karakteristik  Teknologi Informasi dan Komunikasi
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Adapun karakteritstik mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunkasi adalah  sebagai berikut:
1)        Teknologi informasi dan komunikasi merupakan ketrampilan menggunakan komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak.  Namun demikian Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak sekedar terampil, tetapi memerlukan kemampuan intelektual.
2)        Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi berupa tema-tema esensial, aktual serta global yang berkembang dalam kemajuan teknologi pada masa kini, sehingga mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi  merupakan pelajaran yang mewarnai perkembangan perilaku dalam kehidupan.
3)        Tema-tema esensial dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmi Komputer, Matematika, Teknik Elektro, Teknik Elektronika, Telekomunikasi dan Informatika itu sendiri.   Tema-tema esensial tersebut berkaitan dengan kebutuhan pokok akan informasi sebagai ciri abad 21 seperti pengolah kata, spreadsheet, presentasi, basis data, internet dan email.  Tema-tema esensial tersebut terkait dengan aspek kehidupan sehari-hari.
4)        Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan multidimensional, karena melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembagkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetnsi untuk penilaian.  Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.
Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi tingkat SMP/MTs kelas VIII semester I:

Tabel 1
Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas VIII Semester I
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.   Menggunakan perangkat lunak pengolah kata untuk menyajikan informasi
1.1. Mengidentifikasi menu dan ikon pd perangkat lunak pengolah kata

1.2. Menjelaskan fungsi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah kata

1.3. Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangkat  lunak pengolah kata

1.4. Membuat dokumen pengolah kata sederhana 
2.    Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran
a.    Pengertian Pemahaman
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.  Menurut W.J.S Poerwodarminto (1994) dalam kamus Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal.  Jika kita lihat dari definisi di atas maka tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami, sehingga definisi tersebut diatas tidak bersifat operasional yang diartikan sebagai melihat suatu hubungan ide tentang suatu persoalan.
Suharsimi (2009: 118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep. Pembelajaran yang dilaksanakan lebih mengaktifkan siswa untuk telibat selama proses pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan siswa lebih akrab sehingga guru lebih mengenal anak didiknya dengan baik.

b.    Tingkat Pemahaman Siswa
Pemahaman siswa terhadap suatu konsep tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. W.J.S Purwadarminto dalam kamus Bahasa Indonesi mengartikan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, dan cara memahami sesuatu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini tingkat pemahaman siswa merupakan suatu proses pada siswa untuk mengerti suatu konsep, dapat menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dan dapat menjelaskan kembali  suatu obyek, ide, fakta serta dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.
Pemahaman (understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001)  Pemahaman (understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)   Pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa Pemahaman (understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan.
2)   Pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini,  siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.

c.    Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman Siswa
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Secara garis besar, Ahmadi dan Prasetya (1997:103) membagi faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
1) Faktor raw input (faktor murid/anak itu sendiri) dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam :a)  Kondisi fisiologis.
b)  Kondisi psikologis.
2)  Faktor enviromental input (faktor lingkungan), baik lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.
3)  Faktor instrumental input, antara lain terdiri dari :  a)  Kurikulum, b)  Program/bahan pengajaran, c)  Sarana dan fasilitas, d)  Guru (tenaga pengajar).
Selanjutnya akan diuraikan secara singkat faktor-faktor tersebut yang meliputi faktor dari luar dan faktor dari dalam.
1)  Faktor dari luar
a)  Faktor enviromental input (faktor lingkungan)
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, dan sebagainya. Belajar dalam keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar pada keadaan udara panas.
b) Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia maupun representasi (wakil) manusia seperti potret, rekaman, dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik atau gemuruhnya pasar, serta lingkungan sosial yang jorok pun dapat mengganggu belajar.
c)  Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor-faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar, dan sebagainya (Ahmadi dan Prasetya, 1997 : 106).
2)   Faktor dari dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar, terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis anak.
a)      Kondisi fisiologis anak
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar anak. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya dan panca inderanya. Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai atau cacat jasmani, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Di samping kondisi fisiologis umum, yang tidak kalah pentingnya dalam kondisi fisiologis anak adalah kondisi panca indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar orang yang melakukan belajar tidak lepas dari indera penglihatan dan pendengaran, karena itulah guru yang baik akan memperhatikan keadaan panca indera anak didiknya.
b)  Kondisi psikologis anak
(1)  Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak diharapkan dia akan berhasil dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Oleh karena itu, para pendidik hendaknya memperhatikan begaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar dapat menarik minat para pelajar, atau bagaimana caranya menentukan agar para pelajar belajar mengenai hal-hal yang menarik minat mereka.
(2)  Kecerdasan
Kecerdasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripda orang yang kurang cerdas. Hasil pengukuran kecerdasan biasa dinyatakan dengan angka yang menunjukkan“ perbandingan kecerdasan” yang terkenal dengan IQ (Intelligence Quotient). Dengan memahami taraf IQ setiap anak, maka seorang guru akan dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan kepada anak didiknya secara tepat.
(3)  Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Anak yang memiliki bakat yang tinggi, disebut anak berbakat. Secara definitif, anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang tinggi.

(4)  Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.. Maka, meningkatkan motivasi belajar anak didik penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal (Ahmadi dan Prasetya : 1997 : 109).
 (5)  Kemampuan – kemampuan kognitif
Kemampuan – kemampuan kognitif merupakan faktor-faktor yang penting dalam kegiatan belajar para siswa atau anak didik. Hal ini terjadi karena dalam menentukan keberhasilan belajar anak di sekolah masih lebih mengutamakan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor yang merupakan aspek lain dari tujuan pendidikan lebih bersikap pelengkap. Kemampuan-kemampuan kognitif itu terutama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir. Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajarnya.
Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut, maka hal yang penting dilakukan adalah mengatur faktor-faktor tersebut sehingga dapat mempengaruhi dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan hasil belajar tertentu.

3.    Hakekat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: bahan yang dipelajari, faktor-faktor instrumental, faktor-faktor lingkungan, dan kondisi genetik individu (faktor bawaan). Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa agar mempunyai pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal.
Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran merupakan proses komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi.  Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap (permanent) dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang sifatnya temporer. Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Hasil belajar yang maksimal tidak hanya terjadi karena interaksi siswa dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antar siswa dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya.
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses pembelajaran merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar di-katakan berhasil apabila diikuti cirri-ciri : (1) Daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok; (2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus ( TPK ) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok; (3) Terjadinya proses pemahaman meteri yang secara sekuensial  mengantarkan materi tahap berikutnya.
Ketiga ciri keberhasilan belajar diatas, bukanlah semata-mata keberhasilan dari segi kognitif, tetapi mesti melumat aspek-aspek lain, seperti aspek afektif dan aspek psikomotor. Pengevaluasian salah satu aspek saja akan menyebabkan proses pembelajaran kurang memiliki makna yang komprehensif.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui test prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis penilaian, yakni : tes formatif, sub sumatif dan sumatif.
Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses pembelajaran  pada bahan tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
Tes sub-sumatif meliputi sejumlah bahan pelajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Hasil tes sub-sumatif dapat dimanfaatkanuntuk memperbaiki proses pembelajaran dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.
Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu smester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarap keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Keberhasilan belajar bukanlah yang berdiri sendiri, melainkan banyak yang di pengaruhi oleh factor-faktor lainnya. Berbagai factor dimaksud diantaranya adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pembelajaran dan evaluasi.
a.    Tujuan
Tujuan merupakan muara dan pangkal dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan proses pembelajaran. Kepastian proses pembelajaran berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas operasional dan tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan alat dan cara mencapainya, dan sebaliknya. 
b.    Guru
Performance guru dalam membelajarkan siswa banyak dipengaruhi berbagai factor seperti tipe kepribadian, latar belakang pendidikan, pengalaman, dan yang tek kalah pentingnya berkaitan demgan pandangan filosofis guru terhadap murid. Pandangan guru terhadap anak didik mempengaruhi kegiatan mengajar guru di kelas. Guru yang memandang anak didik sebagai makhluk individual yang tidak memiliki kemampuan atau laksanan kertas kosong akan banyak menggunakan metode yang teacher centered, bukan pendekatan yang student centered.  Sebab, murid dipandangnya sebagai gelas kosong yang bisa diisi apapun. Pendekatan ini sering disebut sebagai proses  pouring in, penuangan terhadap sesuatu denga segala sesuatu. Padahal yang terpenting bagi guru adalah mengetahui anak didik dengan segala potensi dan kekuatannya sehingga guru cukup melakukan proses drawing out, yakni proses mengeluarkan, membimbing, memotivasi keluarnya berbagai potensi yang ada pada anak didik menjadi kekuatan belajar dan faktual. Demikian pula factor latar belakang dan pengalaman mengajar merupakan dua aspek yang mempengaruhi kompetensi profesi guru dalam mengajar. Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan, sekalipun sama dalam kemampuan mengajar, tetapi yang berlatar belakang keguruan memiliki landasan teori sehingga tindakannya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan metodologis.
c.    Peserta Didik
Peserta didik dengan segala perbedaannya seperti motivasi, minat, bakat, perhatian, harapan, latar belakang sosio cultural, tradisi keluarga, menyatu dalam sebuah system belajar di kelas. Perbedaan-perbedaan inilah yang wajib di kelola, diorganisir guru, untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal. Apabila guru tidak memiliki kecermatan dan keterampilan dalam mengelola perbedaan-perbedaan potensi peserta didik maka proses pembelajaran sulit mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru harus menyadari bahwa perbedaan potensi bawaan peserta didik merupakan kekuatan maha hebat untuk mengorganisasi pembelajaran yang ideal. Keragaman merupakan keserasian yang harmonis dan dinamis.
d.      Kegiatan Pembelajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah tejadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang menciptakan lingkungan belajar yang baik maka kepentingan belajar anak didik terpenuhi. Anak didik merupakan subyek belajar yang memasuki atmosfir suasana belajar yang diciptakan guru. Oleh karena itu, guru dengan gaya mengajarnya berusaha mempengaruhi gaya dan cara belajar anak didik. Gaya mengajar menurut Muhammad Ali             ( 1992 ) dapat dibedakan kedalam empat macam yaitu gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar personalisasi dan gaya mengajar interaksional.  Gaya mengajar individual biasanya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Gaya mengajar kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk social dengan berbedaan gaya mengajar yang di pakai guru maka akan melahirkan kegiatan mengajar dan belajar  yang beralainan dengan hasil yang berbeda pula. Untuk hal-hal tertentu guru dianjurkan memakai gaya mengajar secara terpadu.

e.        Evaluasi
Evaluasi memiliki cakupan bukan saja pada bahan ajar, tetapi pada keseluruhan proses pembelajaran, bahkan pada alat dan bentuk evaluasi itu sendiri. Artinya, evaluasi yang dilakukan sudah benar-benar mengevaluasi tujuan yang telah ditetapkan, bahan yang diajarkan dan proses yang dilakukan.
Bahan ajar dalam kurikulum harus diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan biasanya menjadi rujukan pembuatan item-item soal evaluasi. Guru membuat perencanaan evaluasi secara sistematik dengan menggunakan alat evaluasi yang tepat. Alat evaluasi yang bisa digunakan antara lain : benar-salah (true-fals), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), essay dan bentuk evaluasi bisa tertulis maupun lisan.
Evaluasi yang valid (shahih) bukan saja memberikan informasi prestasi siswa dalam mencapai tujuan tetapi memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan.

4.    Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses untuk meramu sarana dan prasarana pendidikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Kualitas lulusan pendidikan sangat ditentukan oleh seberapa jauh guru mampu mengelola dan mengolah segala komponen pendidikan melalui proses belajar mengajar. Artinya keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga mencapai hasil sesuai dengan apa yang diinginkan pada tujuan pendidikan. Meskipun sarananya lengkap tetapi jika guru tidak mampu mengolah sarana melaluli proses belajar mengajar, maka kualitas pendidikan akan rendah, pencapaian dan keberhasilan siswa akan diuji. Konsep pembelajaran sendiri dapat dilaksanakan bila informasi tersebut menarik dan memotivasikan siswa untuk terus belajar. Ini dapat dicapai jika materi atau informasi direka dengan baik menggunakan metode dan strategi yang bervariasi. Suasana pengajaran dan pembelajaran yang interaktif akan menggalakkan komunikasi berbagai hal (siswa-guru, siswa-siswa, siswa-media).
Gabungan berbagai media yang memanfaatkan sepenuhnya indra penglihatan dan pendengaran mampu menarik minat belajar. Namun yang lebih utama ialah pencapaian objektif pengajaran dan pembelajaran dengan berkesan. Harus diingat bahwa media pembelajaran hanya bertindak sebagai pelengkap, tambahan atau alat bantu kepada guru. Media pembelajaran tidak akan mengambil alih tempat dan tugas guru. Media pembelajaran adalah sebagai saluran pilihan dalam menyampaikan informasi dengan cara yang
lebih berkesan. 
Hasil belajar secara efektif dengan menggunakan media pembelajaran akan dicapai apabila:
1.    Guru mengenal keunggulan dan kelemahan dari setiap media yang dipergunakan.
2.    Menentukan pilihan materi yang akan diajarkan dan disesuaikan dengan media yang akan dipergunakan
3.    Menyiapkan skenario pembelajaran secara optimal dengan penyajian media yang maksimal sehingga menjadi menarik perhatian siswa. Dari sini nantinya akan mampu mengembangkan berbagai aspek kemampuan (potensi) dalam diri siswa. Tidak kalah pentingnya, adalah bagaimana membuat anak tetap fokus kepada strategi pembelajaran dengan menggunakan media yang tepat, dan mengukur apa yang telah dilakukan siswa dengan menyiapkan lembar tugas atau kuiz yang harus dikerjakan siswa ketika mengikuti pembelajaran.
Upaya membuat anak betah belajar di sekolah dengan menggunakan tipe dan strategi pembelajaran serta memanfaatkan media merupakan kebutuhan, sehingga sekolah tidak lagi menjadi ruangan yang menakutkan dengan berbagai tugas dan ancaman yang justru menengganggu kemampuan atau potensi dalam diri siswa.   Pemanfaatan teknologi dan berbagai macam media merupakan kebutuhan mutlak dalam dunia pendidikan sehingga sekolah benar-benar menjadi ruang belajar dan tempat siswa mengembangkan kemampuannya secara optimal, dan nantinya mampu berinteraksi ke tengah-tengah masyarakatnya. Lulusan sekolah yang mampu menjadi bagian integral peradaban masyarakatnya. Keinginan tersebut tidak mudah dicapai apabila sekolah-sekolah yang ada tidak tanggap untuk melakukan perubahan.

5.    Model Pembelajaran Estafet Question’s Card
Model Pembelajaran Estafet Question’s Card mengacu pada  model belajar kooperatif yang paling sederhana, Sehingga diarapkan model belajar tersebut dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan model belajar kooperatif. Ketika guru memulai pelajaran, maka sangat penting untuk membuat siswa agar aktif sejak awal. Berbagai kegiatan pembuka struktur pembelajaran dibuat agar peserta didik lebih mengenal, menggerak-gerakkan, membangkitkan pikiran dan memancing perhatian terhadap mata pelajaran.  Dalam menggunakan starategi  Estafet Question’s Card  siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu, berimbang menurut jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran tersebut.
Belajar aktif informasi, ketrampilan dan sikap terjadi lewat suatu proses pencarian.  Guru lebih dahulu menyajikan pelajaran baru dalam kelas dengan memberikan bahan pembelajaran yang telah disusun,  kemudian siswa mempelajari dan berlatih untuk materi tersebut dalam kelas bersama kelompoknya. Siswa melengkapi lembaran kerja, bertanya satu sama lain, membahas masalah dan mengerjakan tugas. Tugas-tugas siswa itu harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok.  Hasil kerja kelompok tersebut akan dikoreksi kebenaran atas jawaban oleh kelompok lain. Bila ada kelompok lain yang menyatakan salah dalam jawaban tersebut maka kelompok itu segera melakukan pembetulan atas jawaban yang disalahkan.
Model pembelajaran Estafet Question’s Card terdiri atas siklus pembelajaran yaitu: (a) guru mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disajikan untuk siswa, bahan pelajaran ini harus mencurahkan perhatian siswa, (b) belajar dan bekerja dalam kelompok, dengan dengan berpedoman pada lembaran kegiatan siswa untuk mempercepat dalam menuntaskan materi pembelajaran, (c) questions atau pertanyaan disusun untuk dikerjakan siswa dalam satu kelompoknya, (d) jawaban yang dibuat menitik berapkan pada siswa untuk lebih fokus pada materi pembelajaran, (e) Sebagai hasil akhir guru melakukan evaluasi dengan menggunakan skor-skor untuk mengetahui peningkatan individu, dan e) penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok  yang berhasil mencapai skor yang tertinggi sebagai kerja kelompok. Untuk menyelesaikan tugas kelompok, siswa mengerjakan secara berkelompok, kemudian saling mencocokkan jawabannya atau memeriksa ketepatan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok.

Model pembelajaran Estafet Question’s Card memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling memberikan pertanyaan yang telah tersusun dalam kartu (card) dan memberikan kesempatan untuk memjawab pertanyaan dengan mencari jawaban yang benar pada kartu jawaban yang telah dirancang oleh guru.  Model pembelajaran Estafet Question’s Card  akan mendorong kecepatan befikir untuk menjawab sebuah pertanyaan maupun permasalahan yang diberikan dari temannya.

No comments:

Post a Comment